PROPOSAL THESIS
ANALISIS MODEL PENGARUH SISA MATERIAL (WASTE) TERHADAP PERSENTASE PENINGKATAN BIAYA KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT RENDAH DI JAKARTA
oleh
MELCHIOR AWANAMAN AMPIM SUARLIAK
NIM. 55719010007
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
TAHUN 2021
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 4
1.3 Perumusan Masalah 4
1.4 Tujuan Penelitian 5
1.5 Manfaat Penelitian 5
1.6 Batasan Masalah 6
1.7 Sistematika Penulisan 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 Pengertian Proyek 8
2.2 Defenisi 8
2.2.1 Defenisi Gedung Bertingkat 8
2.2.2 Pengertian Bangunan Bertingkat Rendah 9
2.3 Sistem Manajemen Proyek 9
2.4 Proses Manajemen Material 11
2.5 Struktur Bangunan 13
2.6 Material 18
2.6.1 Penggunaan Material 18
2.6.2 Penyediaan Material 18
2.6.3 Pengadaan Material 20
2.6.4 Pengertian Sisa Material 22
2.6.5 Pengelompokkan Sisa Material Konstruksi (waste) 22
2.6.6 Faktor - Faktor Penyebab Terjadinya Sisa Material 25
2.7 Teori Regresi Linier Berganda 30
2.8 SPSS (Statistical Product and Service Solution) 33
2.9 Matrix Data Mentah 36
2.10 Tinjauan atas Penelitian Terdahulu 38
2.11 Kerangka Pemikiran 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 47
3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 47
3.1.1 Populasi 47
3.1.2 Sampel 49
3.2 Flow Chart / Bagan Alur Penelitian 50
3.3 Tahapan Penelitian 52
3.4 Variabel Penelitian 55
3.5 Jenis dan Sumber Data 55
3.6 Data Penelitian 55
3.7 Instrumen dan Teknik Pengolaan Data 56
3.8 Metode Analisis 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 70
4.1 Pelaksanaan Penelitian 70
4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif 70
4.1.2 Umur Responden 70
4.1.3 Pendidikan Responden 71
4.1.4 Pengalaman Kerja Responden 72
4.1.5 Jumlah Proyek yang Sudah Dikerjakan Responden 73
4.1.6 Jabatan Responden 74
4.2 Deskripsi Data Penelitian 75
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif 75
4.3 Pengujian Keabsahan Data 76
4.3.1 Uji Validitas 76
4.3.2 Uji Reliabilitas 78
4.3.3 Uji Normalitas Data 79
4.4 Uji Asumsi Klasik 80
4.4 Analisis Data 83
4.3.1 Analisis Persamaan Regresi Berganda 83
4.3.2 Analisis Korelasi Berganda (R) 84
4.3.3 R Square (Koefisien Determinasi) 85
4.5 Pengujian Hipotesis 85
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 90
5.1. Kesimpulan 90
5.2. Saran 91
DAFTAR PUSTAKA 93
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pekerjaan Persiapan 14
Gambar 2.2 Pekerjaan Pengukuran 15
Gambar 2.3 Pabrikasi Pembesian 15
Gambar 2.4 Pabrikasi Bekisting 16
Gambar 2.5 Pengecoran Beton 17
Gambar 2.6 Curring Beton 17
Gambar 3.1 Flow Chart / Bagan alir penelitian. 51
Gambar 4.1 Diagram Persentase Umur Responden 71
Gambar 4.2 Diagram Persentase Pendidikan Responden 72
Gambar 4.3 Diagram Pengalaman Kerja Responden 73
Gambar 4.4 Diagram Persentase Jumlah Proyek yang Sudah Dikerjakan Responden 74
Gambar 4.5 Diagram Jabatan Responden 75
Gambar 4.6 Uji Normalitas Data 80
Gambar 4.7 Pengujian Heterokedastisitas 82
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Sumber dan Penyebab Terjadinya Sisa Material Konstruksi 26
Tabel 2.2. Bentuk Umum Tabel Data Regresi Linier Berganda 33
Tabel 3.1. Pembangunan Gedung di Tahun 2020 47
Tabel 3.2. Interval Koefisien Korelasi 67
Tabel 4.1 Rekap Jumlah Umur Responden 71
Tabel 4.2 Rekap Tingkat Pendidikan Responden 72
Tabel 4.3 Rekap Tingkat Pengalaman Kerja Responden 73
Tabel 4.4 Rekapan Jumlah Proyek yang sudah Dikerjakan Responden 74
Tabel 4.5 Rekapan Jabatan Responden 75
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Variabel X dan Y 76
Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Bekisting (X1) 77
Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Pembesian (X2) 77
Tabel 4.9 Uji Validitas Variabel Pengecoran (X3) 77
Tabel 4.10 Uji Validitas Variabel Pembongkaran Bekisting (X4) 78
Tabel 4.11 Ringkasan Uji Reliabilitas Variabel X dan Y 79
Tabel 4.12 Uji Multikolinearitas (Coefficient Correlations) 81
Tabel 4.13 Output Persamaan Regresi Berganda 83
Tabel 4.14 Output Korelasi Berganda (R) 84
Tabel 4.15 Output Uji “t” 86
Tabel 4.16 Uji Pengaruh Simultan (Uji F) 87
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gedung atau bangunan yang memiliki tingkat atau dikenal dengan bagunan bertingkat ialah system struktur bangunan dengan lapisan lantai yang jumlahnya lebih dari satu lapisan ke atas maupun kearah bawah tanah. Gedung bertingkat penuh apabila luas lantai yang berada di atas memiliki luas yang sama pada dasar gedung. Sedangkan gedung bertingkat sebagian yaitu gedung bertingkat yang apabila lantai atas memiliki luas yang lebih kecil dari pada lantai dasarnya. Pembangunan gedung berdasarkan ketinggian memiliki beberapa spesifikasi maupun ketentuan-ketentuan berikut :
Gedung bertingkat rendah (Low Rise Building) : memiliki lantai atau bertingkat 2 hingga 4 lapisan
Gedung bertingkat sedang (Medium Rise Building) : memiliki lantai atau bertingkat 5 hingga 10 lapisan
Gedung bertingkat tinggi (High Rise Building) : memiliki lantai atau bertingkat 11 lantai atau lebih yang lazim dikatakan sebagai pencakar langit (Sky Scrapers)
Pada penelitian ini peneliti meneliti Bangunan Bertingkat Rendah yang ada di Jakarta.
Sebagai salah satu negara yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi, Indonesia sendiri termasuk urutan ke-empat didunia. Sebagaimana menurut data Badan Pusat Statistik bulan September 2020 penduduk Indonesia berjumlah mencapai 270,20 juta, dengan luas 1.9 juta km2 , dari rentang tersebut maka tingkat kepadatan masyarakat adalah 141 jiwa per km 2 . Selama 2010 – 2020, rata – rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,25 persen (BPS, 2020). Wilayah di Indonesia yang tingkat kepadatan penduduk paling tinggi adalah ibukota DKI Jakarta, dimana wilayah ini menjadi pusat berbagai aktivitas ekonomi dan sosial berlangsung. Oleh karena itu disetiap area di kota Jakarta sangat penuh dengan gedung ataupun bangunan serta fasilitas sarana dan prasarana dalam melingkupi segala aktivitas penduduk didalamnya.
Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi menciptakan semakin banyaknya pembangunan berbagai fasilitas sarana prasarana dan bangunan yang membutuhkan lahan yang luas. Apabila pembangunan suatu gedung ataupun bangunan dalam wilayah yang terbatas maka pembangunan tersebut dilakukan dengan mengarah vertical atau bertingkat agar dapat memaksimalkan lahan yang tersedia. Namun pada penelitian ini berfokus pada bangunan dengan jumlah lantai 2 sampai dengan 4 lantai.
Gedung ialah suatu bangunan konstruksi dengan berbagai tahapan pekerjaan seperti struktur, arsitektur dan mekanikal elektrikal dan plumbing (MEP). Sehingga pada penelitian ini berfokus pada pekerjaan struktur yaitu tahapan awal dengan bagian-bagian yang menjadikan bentuk sebuah bangunan. Pada tahapan pekerjaan struktur sendiri mempunyai beberapa bentuk pekerjaan misalnya bikisting, pembesian, pengecoran dan pembongkaran bekisting. Setiap bentuk pekerjaan tersebut mempunyai tatacara tersendiri dalam melaksanakan pekerjaan.
Menurut Pumawan (2017) waste pada pekerjaan struktur dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bekisting, pembesian, dan pengecoran. Wighbout (1997) menjelaskan landasan untama dalam bentuk pekerjaan bekisting diklasifikasikan menjadi tiga jenis :
Konvensional, keseluruhan material utama bekisting konvensional ialah berbahan kayu. Jenis bekisting konvendional sendiri mempunyai kelebihan yakni memiliki fleksibilitas tinggi. Sementara kekurangannya terletak pada waktu pekerjaan yang membutuhkan waktu yang lama serta material jenis bekisting konvensional wajib dibeli kembali
Semi Modem, jenis bekisitng semi modem menggunakan gabungan bahan kayu dan fabrikasi, dengan kelebihannya dapat menghemat biaya dari jenis bekisting yang lain.
Modern, pada jenis bekisting ini seluruh bahan yang dipakai menggunakan material fabrikasi. System pemasangan sudah disederhanakan dan teknik keja lebih ringan, namun membutuhkan biaya yang banyak.
Bentuk pekerjaan kedua dari bagian struktur adalah pembesian. Dimana pembesian mempunyai fungsi yang sangat penting apabila dilihat dari segi kualitas dan kekuatan dari struktural suatu bangunan. Pelaksanaan pembesian tidak lepas dari adanya suatu kesalahan, seperti pada tukang yang salah dalam memperkirakan ukuran potongan besi yang akan dibutuhkan, sehingga dapat memicu terjadinya construction waste.
Tahapan selanjutnya dari pekerjaan struktur adalah pembuatan beton atau pengecoran, yakni dengan menuang bahan beton pada cetakan yang sudah diberikan tulang besi. Beton sendiri ialah suatu bahan yang mempunyai tingkat kesulitan yang cukup sulit pada pengendalian waste, perancangan unsur waste ditentukan 3% sampai 5% yang menyebabkan terjadi peningkatan biaya yang tidak di perhitungkan sebelumnya. Waste beton terjadi diakibatkan oleh beberapa hal seperti tatacara pengecoran yang belum memadai, kurangnya kefektifan rencana tenaga pekerja, ketidak tepatan waktu pengecoran, rencana uji/test yang tidak berdasarkan ketentuan yang pas, menuangkan beton yang sangat banyak, adanya sisa beton yang terbuat saat dituangkan karena volume pemesanan yang terlalu banyak.
Suatu proyek kontruksi bangunan pelaksanaannya tidak lepas dari adanya sisa-sisa bahan/material dari kontruksi tersebut. Pemakaian material menjadi komponen yang berperan penting untuk memperoleh tujuan rencara proyek konstruksi. Namun, jika dilihat dari sudut pandang secara langsung pemakaian material banyak kali ditempatkan dengan kurang efisien dan maksimal. Sehingga dapat berimbas pada munculnya banyak sisa-sisa bahan material yang tidak terpakai dan terbuang. Dimana keadaan tersebut menurut Thongsal (2014) dikenal dengan sebutan sisa material.
Pada penelitian sebelumnya waste material bisa diartikan sebagai material yang tidak disukai ataupun tidak memiliki nilai dengan tujuan untuk memakai atau membuat suatu bangunan. Analisis yang digunakan analisis kuantitaf untuk mengetahui jenis material yang terbesar dan kerugian dalam pekerjaan beton dihitung dengan metode regresi dibantu dengan program SPSS untuk mendapatkan besar kerugian yang terjadi pada konstruksi pekerjaan beton. Dari penelitiannya menghasilkan sisa materil paling pada kontruksi beton adalah 7.05% untuk proyek gedung bertingkat rendah di Jakarta dan sekitarnya dan kerugian (%) yang memilik regresi seperti berikut Y= -1.640 + 0.669 X1 + 0.481 X2 + 0.098 X3 (Kevin Liman & Hendrik Sulistio, 2020).
Dengan pertimbangan nilai waste yang cukup besar maka penelitian ini diambil tema tentang waste dengan judul Analisis Model Pengaruh Sisa Material (waste) Terhadap Persentase Peningkatan Biaya Kontruksi Gedung Bertingkat Rendah Di Jakarta. Suatu proyek kontruksi bangunan pelaksanaannya tidak lepas dari adanya sisa-sisa bahan/material dari kontruksi tersebut atau disebut dengan waste. Material sebagai komponen penting berpengaruh pada biaya dalam suatu proyek, hal ini dikarenakan apabila ada sisa material yang banyak maka membutuhkan biaya yang juga tidak sedikit.
Sisa meterial berpengaruh terhadap peningkatan biaya yang dikeluarkan oleh kontraktor menimbulkan kerugian baik dalam segi bahan metrial yang terbuang sia-sia hingga biaya yang mahal pada proyek konstruksi. Beberapa penelitian terdahulu menunjukan adanya dampak pada biaya dari munculnya sisa material pada saat proses konstruksi berlangsung dari kurangnya pelaksanaan wate manajemen dalam jumlah biaya dalam rentan 40-60% dari jumlah keseluruhan biaya proyek yang dikerjakan (Intan et al , 2005) dalam hal ini jumlah pelaksanaan peningkatan biaya dari munculnya siswa material pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan kisaran 3-13.5% (Devia et al, 2010).
Menurut uraian masalah diatas judul “Analisis Model Pengaruh Sisa Material (Waste) Terhadap Persentase Peningkatan Biaya Kontruksi Gedung Bertingkat Rendah Di Jakarta” diambil karena nantinya peneliti akan kembali kedaerah untuk diterapkan dan membangun daerah sebagai proses pembelajaran di Jakarta.
Identifikasi Masalah
Menurt uraian masalah yang telah dijelaksan terdahulu dapat di identifikasi bahwa sisa material pekerjaan proyek pembangunan konstruksi gedung bertingkat rendah tidak dapat dihindari maka perlu adanya pengendalian agar dapat menghindari terjadinya sisa material (waste) pada pekerjaan struktur meliputi pekerjaan bekisting, pembesian, pengecoran dan pembongkaran bekisting. Dalam penelitian ini dilakukan mengenai pengaruh sisa material (waste) terhadap persentase peningkatan biaya konstruksi.
Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
Apa saja sisa material (waste) dari pekerjaan struktur gedung bertingkat rendah yang memiliki dampak peningkatan biaya paling besar di proyek konstruksi gedung bertingkat rendah di Jakarta ?
Sisa material (waste) apa sajakah yang berpengaruh paling signifikan atau paling dominan terhadap persentase peningkatan biaya gedung bertingkat rendah di Jakarta ?
Seberapa besar rata – rata persentase peningkatan biaya konstruksi akibat adanya (waste) yang terjadi di proses pekerjaan struktur ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk:
Untuk mengetahui dan menganalisis jenis sisa material (waste) pada pekerjaan struktur gedung bertingkat rendah yang memiliki dampak peningkatan biaya paling besar di proyek konstruksi bertingkat rendah di Jakarta .
Untuk mengetahui dan menganalisis sisa material (waste) yang berpengaruh paling signifikan atau paling dominan terhadap persentase peningkatan biaya gedung bertingkat rendah di Jakarta.
Mengetahui dan menganalisis ukuran rata – rata persentase peningkatan biaya konstruksi akibat adaanya (waste) yang terjadi di proses pekerjaan struktur.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dilakukan dengan harapan bisa digunakan dalam rangka sebagai rujukan untuk pihak-pihak pemberi tugas dalam pelaksanaan proyek konstruksi gedung bertingkat :
Sebagai bahan rujukan kepada pihak terkait untuk memakai anggaran sebaik mungkin untuk menghindari adanya sisa meterial (waste)
Sebagai bahan rujukan pihak pengawas sehingga bisa melakukan control dari pemakaian material untuk dapat dipakai secara efektif untuk menghindari adanya sisa meterial (waste)
Sebagai bahan rujukan pihak kontraktor sehingga sehingga bisa melakukan pengendalian dari pemakaian material untuk dapat dipakai secara efektif untuk menghindari adanya sisa meterial (waste) yang dapat meningkatkan penggunaan biaya berlebih.
Sebagai bahan rujukan bagi penulis sehingga dapat diterapkan didaerah sebagai hasil dari tugas belajar.
Batasan Masalah
Dalam suatu penelitian perlu dilakukan pembatasan penelitian yaitu:
Material yang ditinjau hanya pada pekerjaan struktur yang terdiri atas pekerjaan bekisting, pembesian, pengecoran dan pembongkaran bekisting.
Jenis sisa meterial berupa material yang tidak dipergunakan kembali dalam mengerjakan struktur bangunan.
Pekerjaan bangunan untuk gedung bertingkat rendah terdiri atas 2 - 4 lantai.
Berfokus pada kontruksi gedung bertingkat rendah di Daerah DKI Jakarta karena masih banyaknya gedung-gedung bertingkat rendah dalam proses pembangunan .
Sistematika Penulisan
Penelitian memuat 5 bab dengan beberapa sub-bab yang berisikan uraian berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat tentang fenomena permasalahan, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menjelaskan teori yang memiliki kaitan dengan penulisan penelitian yang akan dikaji.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada metode penelitian memuat uraian mengenai bentuk, responden, metode pengambilan data penelitian, rancangan angket atau kuesioner, cara olah dan analisa data, tingkat kesusahan yang dialami pada saat penelitian hingga tatacara pemecahan masalah..
BAB IV ANALISIS DATA
Berisikan penjelasan deksripsi, analisa, dan pembahan dari hasil pelaksanaan penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Menjadi bab penutup yang berisikan kesimpulan dari uraiann pada bab-bab terdahulu dan saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Proyek
Proyek merupakan aktivitas yang dilaksanakan dengan memanfaatkan sumber daya dan waktu yang limit demi mendapatkan output yang maksimal. Pada aktivitas konstruksi yang dibtasi oleh, skedul, biaya, serta kualitas yang dikenal sebagai kendala 3 kali lipat (triple constraint).
Para pakar mendefinisikan proyek sebagaimana di bawah ini:
Imam Soeharto menjabarkan bahwasanya proyek didefinisian sebagai aktivitas yang proseesnya berbeda-beda dengan mendayagunakan alokasi sumber daya yang minim serta dimaksudkan dapat merealisasikan tanggungjawab yang diberikan. (Iman Soeharto, 199:1).
W.R King dan D.I Cleand menyatakan proyek ialah kombinasi pelbagai aktivitas sumber daya yang dirangkum ke dalam suatu medium lembaga demi tujuan tertentu (Iman Soeharto, 199:1)
Maka, proyek adalah aktivitas tentatif dan tidak berkala, memiliki titik pertama serta akhir dan dimaksudkan untuk menggapai targer yang dimufakati sebelumnya.
Defenisi
2.2.1 Defenisi Gedung Bertingkat
Bangunan bertingkat ialah gedung yang memiliki satu lantai lebih yang menjulang naik. Bangunan tersebut dibuat sesuai dengan ketersediaan tanag serta tingginya tingkat permohonan ruang. Semakin banyak total lantai maka akan meninggikan efisiensi tanah di kota sehingga daya tambah kabupaten atau kota dapat dikembangkan. Akan tetapi juga dibutuhkan adanya planning dan organizing yang semakin susah di mana wajib mengikutsertakan beragam disiplin ilmu.
Umumnya, gedung bertingkat diklasifikasikan ke dalam dua, bertingkat tinggi dan rendah. Kategorisasi ini dibuat sesuai dengan kualifikasi teknis bentuk gedung. Gedung dengan ketinggian di atas 40 meter diklasifikasikan ke dalam bangunan tinggi karena ia lebih elusif.
Bangunan bertingkat sesuai kuantitas lantai dikategorikan menjadi bangunan rendah, yakni 2-4 lantai, bangunan berlantai 5-10 lantai dan pencakar langit. Klasifikasi ini berlandas pada sistem yang wajib dipenuhi dalam struktur gedung (Idham, 2012).
2.2.2 Pengertian Bangunan Bertingkat Rendah
Low rise building adalah bangunan bertingkat rendah dengan ketinggian 10 meter atau mempunyai jumlah lantai 2 sampai 4 lantai.
Rancangan kontruksi dan mekanisme gedung bertingkat rendah merupakan tahapan menyusun bangunan yang bertalian dengan unsur gedung di mana pengaplikasinnya dilaksanakan secara terpadu dan komprehensif. Strategi yang berhasil ialah yang bisa memaksimalkan kombinasi tinggi bangunan sehingga desain-desain yang dibuat dapat sejalan dengan konsep yang disusun. (Idham, 2012).
Sistem Manajemen Proyek
Manajemen merupakan fase personal yang dipadukan dengan rancangan yang terencana yang mempuyai prosedur yang mencukupi dan bertujuan tunuk melestarikan, mengendalikan, meningkatkan dan merealisasikan rancangan-rancangan yang telah dibuat demi suatu tujuan. Organisasai bertujuan untuk mewadahi pola tiap orang untuk meningkatkan tugas regulasi. Untuk fungsi analisa, bisa digunakan fungsi khusus dengan mencamkan bahwasanya aktivitas apapun memiliki korelasi dan saling membutuhkan satu sama lain (Dipohusudo, 1996).
Fungsi intisari manajemen antara lain meregulasikan, mengontrol, dan mengorganisir. Tak hanya itu, juga terdapat fungsi mengarahkan, memimpin, mengaktifkan, mengkoordinasikan, memberikan contoh, memotivasi, dan menentukan keputusan. Namun, pola manajemen ialah keseluruhan tugas pokok yang diperlihatkan dengan kapabilitas manajer-manajer. Input dan output dari personalia sangat diharapkan dalam proses implementasi manajemen. Input adalah personal-personal yang dihasilkan dari keluaran-keluaran sedangkan output ialah hasil dari pencapaian. (Dipohusudo, 1996).
Sebagaimana eksplanasi di atas, maka ditarik konklusi bahwasanya manajemen adalah tahapan pendayagunaan sumber daya untuk tujuan tertentu. Maka dari itu, manajer proyek kontruksi mempunyai tugas besar untuk merealisasikan tujuan yang telah dibuat serta mampu mengarahkan sumber daya yang ada dengan otpimal.
Sistem manajemen ialah set yang memuat strategi-strategi, basis-basis definisi dan teknik antisipasi yang bertalian dengan manajemen sehingga ia juga dapat berarti pengaturan dan pengorganisiran unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kesuksesan manajemen proyek. Sistem tersebut dibuat sesuai dengan prosedur yang melingkupi definisi, panduan, intruksi pengaplikasian dan instrumen-instrumen penunjang sehingga bisa menalikan kesenjangan-kesenjangan yang ada. Suatu proyek tidak dapat dihindari dari problematika. Maka dari itu, perlu adanya keselarasan korelasi kerja dari semua elemen pelaksana. Tingkat kerjasama serta kognisi mengenai esensi pengimplementasian rancangan yang telah dibuat. Tak hanya itu, juga dibutuhkan susuanan strategi sistem manajemen proyek yang utuh, terpadu dan kuat (Barrie, 1995).
Proses Manajemen Material
Material merupakan satu di antara elemen esensual yang diperlukan pada suatu program konstruksi sehingga perlu adanya tahapan pengelolaan material supaya tujuan yang diinginkan dapat diwujudkan. Berikut adalah langkah penerapannya (Noerah, 2017):
Pemilihan Material
Dalam pelestarian material maka harus ada ketetapan yang termaktub dalam gambar kerja serta rincian yang ada dalam kontra. Akan tetapu, terdapat pelbagai material dalam pengaplikasian suatu proyek tidak mempunyai rincian yang akurat sehingga kepemilikannta tidak berlandas pada kinerja. Sedangkan penentuan material sementara dilakukan oleh pelaksana.
Pemilihan Pemasok Material
Pada dasarnya, eleksi suplier material ditetapkan oleh penawaran harga termurah. Meski begitu, terdapat sejumlah unsur lain yang harus dipertimbangkan sebelum menetapkan, yakni: ukuran pemasok, keandalan, dan servis purna jual yang pemasok tawarkan, mutu barang serta kapabilitas pemasok dalam menyiapkan barang yang tidak terjadwal.
Pembelian Material
Meninjau mekanisme lembaga pembangunan yang ikut serta dalam beragam proyek memiliki tempat yang tidak sama, maka transaksi barang bisa dilaksanakan dengan dasar sentral ataupun lokal.
Keuntungan terpusat ialah:
Harga lebih murah (pembelian grosir)
Pengontrolan lebih teratur (menghambat praktik ilegal)
Kecakapan terbina bagi pihak yang bertanggungjawab terhadap transaksi.
Keuntungan basis lokal:
Meningkatkan penjualan khalayak setempat.
Regulasin khusus dibuat secara lokal.
Adapun langkah-langkah perdagangan material dilaksanakan di bawah ini:
Menyiapkan surat permintaan barang yang dibutuhkan dan menginformasikan surat tersebut kepada petugas pembelian dengan memperhatikan:
Penyiapan pembuatan surat permintaan harus memperhatikan waktu.
Pengutusan pembuatan surat kepada orang terpercaya.
Pengontrolan transaksi dilaksanakan oleh petugas dengan memakai buku pesanan pembelaun yang dibuat dalam beberapa salinan.
Ketersediaan keperluan material untuk penerapan pembangunan proyek konstruksi.
Pengiriman Material
Transmisi barang sesuai dengan surat permintaan transaksi material yang sudah dimufakati dengan despensasi bahwasanya barang yang akan dikirim pemasok sama dengan rincian serta dikirim ke tempat dengan tepat waktu. Tugas bagian transmisi sangat esensial karena dapat merajai kinerja kontraktor.
Kegagalan pengiriman mengakibatkan keterlambatab pekerjaan yang berujung pada tidak maksimalnya pembangunan.
Penerimaan Material
Semua material yang dipasok adalah hasil dari surat permintaan transaksi yang harus dicek ketika penyerahan oleh petugas gudang. Petugas harus mengecek barang yang diserahkan sebelum dibongkar.
Penyimpanan Material
Penyerahan barang mesti disimpan dengan baik oleh petugas. Petugas gudang bertanggungjawab penuh dalam menjaga dan menyimpan barang yang diserahkan hingga material tersebut dibutuhkan saat kontruksi.
Anasir pokok manajemen material ialah unsur keamanan fisik serta avaibility. Pengecekan secara berkala terhadap barang-barang yang ditaruh harusm disiapkan untuk mengokohkan catatan penanggungjawab gudang supaya tidak ada ketidaksamaan kuantitas material dengan yang ada pada catatan.
Pengeluaran Material
Seluruh barang yang diinginkan proyek kontruksi tersimpan dan tercatat di dalam gudang. Dengan demikian, pemanfaatan material wajib dikeluarkan dari gudang dengan memenuhi berita acara pengeluaran barang oleh penanggungjawab pergudangan. Petugas gudang juga mesti bisa menjamin bahwasanya seluruh material sudah bersih dan bisa digunakan secara optimal.
Struktur Gedung
Mekanisme gedung mencakup bawah tanah dan bagian atas. Struktur bawah tanag ialah pondasi sedangkan bagian atas ialah bangunan fisiknya. Masing-masing anasir mempunyai kegunaan yang tidak sama di semua struktur kontruksi.
Hal mendasar yang harus diperhatikan dalam kontruksi ialah strategi struktur yang akurat supaya mencakupi kategori kekuatan, kenyamanan, umur bangunan dan keselamatan. Tak hanya itu, merancang beban yang bekerja pada mekansime seperti beban mati (dead load), beban hidup (live load), beban angin (wind load), dan beban gempa (earhquake)sebagai bahan pertimbangan awal dalam strategi demi memperoleh arah gaya dan besar yang beroperasi pada semua anasir mekanisme lalu bisa dilaksanakan identifikai struktur yang mengenali besaran muatan tulangan dan penampang yang diperlukan (Kusuma, 1993).
Teknik pengaplikasian ialah rancangan tugas yang bertahap dalam mekanisme proyek. Metode penerapan sering dipakai supaya dapat menyeimbangkan pekerjaan dengan rapi dan sistematis serta hasil yang diberikan pun memuaskan. Struktur beton ialah beban pokok dalam kontruksi (Saleh, 2015). Berikut adalah sejumlah teknik yang dipakai:
Persiapan
Ini merupakan langkah paling utama. Terdapat beberapa fase, misalnya, pengajuan dan pembuatab shopdrawing, approval strukyr material yang dipakai, persipan material kerja, lahan kerja hingga alat bantu kerja.
Gambar 2.1 Pekerjaan Persiapan
Sebagaimana gambar di atas, maka untuk memulai pekerjaan maka harus melakukan pekerjaan kontruksi ke tahap berikutnya di mana material, alat bantu, dan lahan tersedia dalam penerapan kontruksi.
Pengukuran
Perhitungan atau pengukuran dilaksanakan supaya shopdrawing yang telah dibentuk sama dengan proyek yang dilaksanakan.
Gambar 2.2 Pekerjaan Pengukuran
Pengukuran sebagaimana gambar di atas dilaksanakan supaya ia sama dengan titik-titik yang ada pada shoopdrawing. Pengukuran dilaksanakan oleh juru ukur dengan memakai theodolith untuk menghitung keselurahan area yang sudah ditandai.
Pabrikasi Pembesian
Pabrikasi besi tulangan membutuhkan wadah yang cukup untuk memotong, menaruh besi dan membengkokkan sehingga sama dengan shopdrawing yang dimufakati. Rincian besi beton juga akan disejajarkan dengan RKS dan gambar kerja.
Gambar 2.3 Pabrikasi Pembesian
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwasanya pekerja sedang melakukan pabrikasi pembesian plat supaya dapat selarasa dan dicocokkan terlebih dahulu. Sedangkan untuk balok pabrikasi dan kolom dilaksanakan di daerah proyek.
Tahapan yang digelar yakni membentuk dan memotong besi beton sesuai rangka. Ia diikat dengan kawat lalu diberikan tanda. Untuk pekerjaan kolom, pembesian dilakukan terlebih dahulu setelah itu dilaksanakan bekisting. Adapun balok dan tangga dilaksanakn pemasangan lebih awal.
Pabrikasi bekisting
Pabrikasi ini dilaksanakan di area kerja untuk memberikan kemudahan mengukur dan mempercepat penerapannya. Struktur beton yang berada di bawah permukaan tanah dapat mengimplementasikan multiplek atau pasangan batako. Sedangkan yang berada di atas permukaan tanah misalnya, balok, kolom, lantai dan tanggan memakaian bahan dari multiplek serta pengeratan memakai balok serta bambu.
Gambar 2.4 Pabrikasi Bekisting
Sebagaimana gambar di atas, diketahui kolom seharusnya dibuatkan sepatu kolom dengan besi untuk menjaga supaya kolom tetap tegak dan lurus. Setelah bekisting dipasang, maka cek evaluasi dilakukan serta keraaan bekisting.
Pengecoran beton
Pengecoran ini dimulai sesudah adanya persetujuan dari perencana dalam permintaan pelaksanaan kerja. Perpaduan bahan ditetapkan sebagaimana dengan rincian dan RKS yang dimufakati.
Gambar 2.5 Pengecoran Beton
Gambar di atas menunjukkan bahwa pengecoran dilaksanakan dengan memakia beton ready mix yang umumnya dilaksanakan dengan jumlah besar sehingga pekerjaan kontruksi cepat. Untuk melihat kesiapann ready mix, maka dilaksanakan pembentukan contoh beton yang akan dipakai selama umur 28 hari.
Curring beton
Curring beton dimaksudkan supaya bisa mengawetkan beton supaya tidak terlalu cepat kehabisan air atau sebagai langkah menjaga kadar air dari beton.
Gambar 2.6 Curring beton
Langkah tersebut sebagaimana di gambar dilaksanakan dengan cepat sesudah penyelesaian beton serta waktu yang diatur.
Material
Bahan kontruksi mencakup semua material yang diperlulkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan pada sebuah tahapan konstruksi. Perlengkapan kontruksi melingkupi semua elemen yang dikehendaki untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (Material peralatan, 2011).
Menasime pengelolaan dan peralatan kontruksi ialah faktor suatu mekanisme yang mengontrol dan merencanakan semua aktivitas untuk menjaga material serta bisa didapatkan dalam jumlah yang akurat dan sesuai dengan rincian serta harga yang diperlukan. (Material peralatan, 2011).
Penggunaan Material
Pemakaian barang mesti diatur dan dikontrol dengan maksimal, pemakaian barang dimulai pada saat pengiriman, tahapan kontruksi hingga struktur gedung.
Dalam pemakaian barang, keberadaan sisa material kontruksi terus terjadi pada penerapan pembangunan. Ini akan sangat berpengaruh terhadap dampak optimalisasai serta anggaran yang dikeluarkan.
Semua proyek pembangunan dan material harus dipakai dengan maksimal sehingga barang tersebut bisa dipergunakan dengan akurat dan tanpa ada waste dari material.
Pembelian Material
Pengontrol material khususnya yang menangani problema-problema penyediaan, penanganan, penyimpangan, dan penggunanan material. Dalam tahapan tender, estimator bertanggungjawab untuk mencari distributor material yang berpeluang (Dipohusudo, 1996). Banyak tanggapan yang tidak setuju dengan hal tersebut sebab menganggap hal tersebut merupakan tanggungjawa pembeli. Orang yang membeli lebih memahami permsalahan penyedian barang dan keadaan estimasinya. Pembeli mempunyai banyak wawasan mengenai subkontraktor dan distributor tanah.
Dipuhusudo (1996), terdapat 2 perkara yang harus disimak dalam penyediaan bahan, yakni:
Pengendali material
Di semua proyek, perlu adanya pengendali barang seperti kapan tibanya, cara pencapain tempat serta kendala-kendalanya, pengepakan material, perlengkapan, tujuan instansi dan lain. Maka dari itu, kapabilitas orang bertanggungjawab akan sangat berpengaruh kepada material yang akan dipakai nantinya.
Standar komunikasi dengan distributor bahan dan subkontraktor
Adapun yang dimaksud pada poin ini ialah perihal kepastian tipe kontrak yang ditawarkan. Di dalamnya harus bisa menetapkan apakah anggaran kontrak akan mengalami fluktuasi atau sudah jelas angkanya. Jika pasti, maka harus mengidentifikasi material yang diperlukan serta waktu penandatanganan kontrak. Hal ini bisa diformulasilkan ke dalam bentuk skedul.
Banyak kontraktor yang mempunyai beragam persyaratan yang harus dipenuhi oleh penyalur bahan. Syarat-syarat tersebut dimuat dalam daftar pertanyaan yang disebut secara spesial dalam kesepakatan kerja. Bahkan tidak jarang perlunya mengirim salinan RAB yang berkaitan dengan hal tersebut. Selain itu, juga ada formulir mufakat untuk penyalur yang melingkupi persediaan, kondisi dan hal-hal terkait dan sub kontraktor menyimpan satu lembar spesifikasi persyaratan serta mengembalikan yang lain kepada kontaktor setelah diisi. Poin pentingnya ialah bahan tersebut telah disiapkan dan harus dicantumkan dengan rinci dan tidak berbelit-belit.
Pengadaan Material
Pengadaan yakni memuat niaga perlengkapan, bahan, sumber daya dan semua bentuk jasa proyek yang diinginkan. Tak hanya itu, juga masuk di dalamnya kendala-kendala dalam kegiatan seperti kelengakapan berkas, pengiriman, perawatan, jaminan, pergudangan, transportasi, dan penagihan. Aktivitas pengadaan bisa dilaksanakan mulai dari pengelolaan pemenuhan keperluan yang simpel, biaya gagasan bahkan kepada peluan ancaman keterlambatan proyek secara komprehensif apabila ada keterlambatan yang terjadi. (Dipohusudo, 1996).
Fase penyediaan bahan adalah anasir dari mekanisme skedul serta pengontrolan yang dibentuk dalam merealisasikan kerjasama yang bertakuan erat serta berpengaruh terhadap waktu secara langsung. Ini menandakan apabila keterlambatan terjadi maka akan memberikan efek langsung kepada proyek yang sedang berlangsung. Maka dari iitu, skedul kegiatan dijadaiakn satu dengan operasi kontruksi. Pada penjadwalan jaringan kerja seharusnya dituliskan aktivitas penyediaan sehingga tahapan bisa jelas dan diketahui kapan harus dimulai dan kapan paling lambat direalisasikan. Apabila perlu, maka sebaiknya ada relasi kerja khusus bagi tahapan penyediaan supaya bisa mencapai tujuan yang telah dirancang dalam proyek kontruksi (Dipohusudo, 1996).
Pada proyek kontruksi gedung atau firma yang tidak begitu susah, kira-kira 60% dari anggaran dibelanjakan untuk kebutuhan pengadaan bahan. Dengan anggaran yang cukup banyak, maka tahapan penyediaan bahan diberikan perhatian spesial dan serius supaya maksimal. Dasar pengontrolan anggaran tidak sama dengan pengendalian anggaran tenaga kerja dan perlengkapan. Pengendalian biaya berlandas pada cakupan yang bertalian dengan tingkat efisiensi tenaga kerja dan alatny.
Adapun penyediaan bahan berdasar pada pengontrolan dan peninjauan bahan. Informasi yang berhubungan dengan penyediaan mencakup permohonan penawaran, kepegawaian, pesanan pembelian, limitasi taksiran, subkontrak pengadaan, dokumen penerimaan dan pengiriman, faktur dan lainnya. Pengontrolan biasanya dilaksanakan dengan memerksa rekening atau pembelanjaan dengan tujuan bahan sudah terlanjur dibeli dan tidak bisa dihambat lagi sehingga sudah berkembang untuk menilai reputasi pelaku daripada mengontrol mekanismenya (Barrie, 1995).
Maka dari itu, Dipohusudo (1999) mengemukakan bahwa pengadaan material harus dikendalikan melalui:
Pengendalian permintaan keperluan
Laporan status periodik mengenai tahapan produksi dan pengriman barang.
Skedul penerbitan pesanan pembelian.
Laporan dan rekaman ikrar biaya dan pengeluaran.
Laporan gudang perihal anggaran dan penerimaan bahan di lapangan.
Total progam pengontrolan tersebut bisa direalisasikan dengan membentuk bagan, tabel, curva dan hasil lainnya untuk dijadikan komparasi antara strategi dan hasil sebenarnya. Kegiatan pengontrolan yang dilaksanakan mesti selaras dengan anasir pekerjaan, kode bangun, kode tagihan anggaranm sistem penomoran gambar, serta wajib bisa dikaitkan dengan semua keperluoan lapangan. Usaha pengontrolan biaya sudah dibuat mudah apabila sebagian besar dari estimasi telah ditetapkan oleh perencana, namun masih perlu dilengkapi dengan ketentuan mekanisme dan prosedur penerapan pengadaan dikaitkan dengan program pengontrolan (Dipohusodo, 1999).
Pengertian Sisa Material
Construction Waste Management mengemukakan, sisi bahan ialah benda fisik yang tidak berbahaya dan bersumber dari kegiatan kontruksi, pembersihan dan bisa digunakan, penghancuran, atau diolah kembali (Resource Venture, 2005).
Al-Moghany (2006) menegaskan bahwasnya sisa bahan bisa dimaknai sebagai semua tipe bahan yang bersumber dari bagian alam di bumi yang dialihkan, diolah di suatu lokasi lalu dipakai dalam tahapan kontruksi baik pada lokasi atau antar lokasi dengan pelbagai kemungkinan yang bisa muncul antara lain kelebihan, kerusakan, terbengkalai, tidak sesuai dengan rincian atau hasil dari proyek.
Sisa bahan ialah sesuatu yang yang terbengkalai atau dampak material, peralatan, tenaga kerja atau anggaran dalam jumlah yang besar dalam kontruksi (Garas, et. Al, 2011).
Basis pengukuran sisa bahan bersumber dari komparasi antara perencanaan bahan sebelum pekerjaan dimulai dan sisa material saat penyelesaian pekerjaan (Budiadi, 2008).
Kategorisasi Sisa Material Kontruksi (waste)
Tedapat 2 tipe waste yakni individu yang menyangkur satu tipe materila dan waste campuran, yakni mengenai material kombinasi. Material campuran seperti beton, hot mix dan lainnya juga bersumber dari bahan mentah. Maka dari itu, terjadi waste ganda yakni waste individu untuk material baku dan waste campuran setelah dicampur (Asiyanto, 2005).
Tchobanoglous et al dalam Ekaputra Jefta, 2001 menyebutkan, sisa yang muncul selama penerapan proyek diklasifikasikan menjadi 2 kelas, yakni:
Construction waste ialah sisa bahan yang bersumber dari pembangunan atau perbaikan bangunan milik pribadi, komersil dan mekanisme lainnya. Sisa tersebut mencakup sampah yang terdiri dari batu bata, beton, kayui, sirap, pipa, plesteran, dan unsur elektronik yang tidak bisa dipakai kembali.
Demolition waste ialah sisa material yang muncul dari hasil penghancuran gedung lama atau pembongkaran gedung.
Skoyles 1976, sisa material kontruksi bisa diklasifikasikan ke dalam dua jenis sesuai dengan tipennya, yakni direct waste dan indirect waste (Ekaputra Jefta, 2001).
Sisa material langsung
Dalam sisa jenis ini mencakup:
Sisa material akibat pengiriman dan transportasi.
Ialah eluruh jenis material yang muncul pada saat kontruksi seperti membuang semen, keramik pada saat pemindahan dan lain-lain.
Sisa material akibat tempat penyimpanan
Sisa material ini terjadi karena adanya penumpukan bahan pada tempat yang tidak aman khususnya material pasir dan batu pecah atau pada tempat lembab.
Sisa material akibat pengubahan
Sisa ini muncul karena adanya pemotongan bahan dalam bentuk yangg tidak ekonomis, seperti besi beton, keramik dan lain-lain.
Fixxing waste
Material tercecer, terbuang atau rusak selama penggunaan di lapangam seperti semen, batu bata dan lain-lain.
Sisa material akibat pemotongan
Yakni yang dihasilkan karena adanya pemotongan bahan, seperti besi beton, tiang pancang, keramik dan lain-lain.
Sisa material akibat pelaksanaan dan tertinggal
Sisa material yang muncul seperti mortar jatuh atau tertinggal dan sudah mengeras lama.
Sisa material akibat manajemen
Terjadinya sisa bahan karena pengambilan keputusan yang tidak tepat atau keraguan yang muncul sehingga proyek lemah dan tanpa pengawasan.
Sisa material akibat tindakan kriminal
Sisa material yang terjadi karena adanya pencurian, korupsi dan perusakan.
Sisa material akibat kesalahan penggunaan bahan
Penggunaan mutu bahan yang buruk dalam kontrak maka pihak direksi memerintahkan kontrakro untuk mengganti bahan tersebut sebagaimana yang tertera di kontrak sehingga menyebabkan adanya sisa bahan.
Sisa material tidak langsung
Indirect waste merupakan sisa bahan yang terjadi dalam bentuk sebagai suatu kehilangan finansial, ada kelebihan pemakaian jumlah barang, dan tidak ada sisa material secara fisik. Dalam hal ini, terdapat 3 jenis yakni:
Production waste
Ialah sisa bahan yang diakibatkan penggunaan bahan yang terlalu banyak dan kontraktor tidak berhak mengakui kelebihan bahan tersebyt karena tidak sesuai dengan kesepakatan kontrak
Substitution waste
Ialah sisa bahan yang dikarenakan adanya penyimpanan dari tujuan awal sehingga mengakibatkan hilangnya biaya karena 3 faktor, (1) terlalu banyak bahan yang dibelu, (2) bahan rusak (3) makin bertambahnya keperluan bahan tertentu.
Negligence waste
Yakni sisa bahan yang terjadi karena adanya kesalaan di lokasi sehingga kontraktor memakai bahan yang lebih dari kesepakatan, seperti kecerobohan pekerja, penggalian pondasi yang terlalu dalam atau lebar sehingga menyebabkan kelebihan jumlah material yang dipakai.
Jumlah dari waste ditaksir dari inspeksi observasi, rekaman pengukuran, dan rekaman muatan truk. Dengan rekaman muatan truk bisa ditakar (Poon, 2004).
Rumus:
Waste index = W/GFA
Keterangan:
W = total proyek (m3) = VxN
V = volume truk (m3)
N = jumlah total banyak truk
GFA = luas area proyek (m2)
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Sisa Bahan
Sisa material terjadi karena adanya satu atau beberapa komponen dari pelbagai sumber dan faktor. Gavilan dan Bernold (1994) mengklasifikasikan sumber-sumber sisa bahan ke dalam 6 jenis, yakni:
Penanganan material
Desain
Penyediaan material
Residual
Pelaksanaan
Lain-lain
Hasil studi Bossink dan Browers (1996) di Belanda memberikan kesimpulan asal dan faktor terjadinya sisa bahan sesuai dengan kelas yang sudah disusun oleh Gavilan dan Bernolad sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 2.1. Sumber dan Penyebab Terjadinya Sisa Bahan Kontruksi
Sumber Penyebab
Desain Ketidaklengkapan berkas kontrak
Kesalahan dalam berkas kontrak
Memilih spesifikasi barang
Perubahan mekanisme
Desainer tidak mengetahui jenis produk lainnya dengan baik
Memilih prodouk yang bermutu rendah
Informasi gambar minim
Kurang memperhatikan ukuran produk
Detail gambar yang ruwet
Kurang kerjasama dengan kontraktor dan minimnya wawasan mengenai kontruksi.
Pengadaan Pesanan tidak bisa dilaksanakn dalam jumlah kecil
Kesalahan pemesanan, kekurangan, kelebihan dan lain-lain.
Kemasan kurang bagus sehingga terjadi kerusakan dalam transportasi
Penanganan Material yang dikirim tidak utuh
Bahan tidak dikemas dengan rapi
Penanganan bahan tidak hati-hati pada saat pembongkaran untuk dimasukkan ke gudang
Melempar atau membuang baha
Kerusakan material akibat transportasi lokasi proyek
Penyimpanan material yang tidak baik
Tidak menjaga barang dengan baik.
Pelaksanaan Perlengkapan yang tidak bekerja dengan baik
Kesalahan yang diakibatkan oleh pekerja
Kecelakaan tenaga kerja di lapangan
Cuaca buruk
Teknk untuk memperoleh pondasi
Pemakaian bahan yang salah sehingga harus ditukar
Kuantitas bahan yang diperlukan tidak diketahui karena tidak matangnya rancangan
Informasi ukuran dan jenis bahan tidak tersampaikan kepada kontraktor
Pengukuran di lapangan tidak tepat sehingga ada kesalahan jumlah.
Kecerobohan dalam mengolah, mencamppur dan menggunakan material dengan baik
Residual Sisa pemotongan bahan tidak bisa digunakan lagi
Kesalahan pesanan bahan karena tidak memahami spesifikasi
Kesalahan saat monitoring bahan
Sisa material karena tahap penggunana
Kemasan
Lain-lain Buruknya pengendalian bahan dan strategi manajemen terhadap sisa material
Kehilangan akibat kecurian.
Sumber : Intan, S., et al. 2005. “Analisis dan Evaluasi Sisa Material Konstruksi : Sumber Penyebab, Kuantitas, dan Biaya”. Civil Engineering Dimension, Vol. 7, No.1, pp 36-45.
Menurut Faniran dan Caban (2007), di dalam kontruski bisa berasal dari:
Kesalahan disain serta spesifikasinya
Pergantian disain
Penyimpanan bahan yang tidak akurat
Kesalahan procurement
Penanganan bahan tidak maksimal
Cuaca buruk
Pekerja yang buruk
Serpihan atau potongan yang tersisa dan pemotongan bahan
Kecelakaan di lapangan
Kurangnya pengawasan bahan dalam manajemen pembangunan
Waste yang diakibatjan oleh pencurian bahan
Asiyanto (2005) berpandangan, waste material bisa dikategorikan karena:
Penyusutan kuantitas
Merosotnya kuantitas bisa terjadi karena saat transportasi ke tempat dan pembongkaran barang untuk ditempatkan di gudang atau lokasi. Selain itu, penyusutan juga tejadi pada proses transisi material dari satu tempat ke tempat lainnya.
Kuantitas yang ditolak
Penerimaan bahan yang kurang seksama di lokasi bisa menyebabkan ditolaknya sebagian bahan yang tidak memenuhi kualifikasi kualitas, corak, bentuk dan sebagainya.
Quantity yang rusak
Penyimpanan bahan yang kurang baik bisa mengakibatkan kerusakan, terutama bahan yang sangat dirajai oleh keadaan sekitar, seperti cuaca, kelembaban dan sebagainya). Kerusakan juga bisa karena adanya pengangkutan, pemindahan, pengambilan dan pemasangan yang salah.
Quantity yang hilang
Bahan yang gampang dijual atau banyak dibutuhkan oleh khalayak (pasir, semen dan lain-lain) potensial hilang karena dicuri. Sistem pengamanan yang lemah dengan sistem kontrol yang tidak memadai akan memperbesar prospek kecurian bahan.
Kuantitas karena kelebihan pemakaian
Jenis ini umumnya dilaksanakan oleh pelaksana proyek secara langsung. Waste ini juga bisa karena over quality, over technique atau keteledoran perihal dimensi atau ukuran sehing dimensi pekerjaan yang terjadi lebih besar dari gambar. Kelebihan pemakaian material juga dikarenakan teknik yang kurang tepat.
Garas et.al (2001) menjabarkan, faktor terjadinya sisa material diklasifikasikan ke dalam 2 anasir, yakni pemborosan waktu dan sisa barang. Sisa bahan dikarenakan elemen berikut:
Kelebihan produksi
Kelebihann pesanana
Kesalahan dalam teknik penyimpanan barang
Kesalahan dalam antisipasi
Perusakan dan pencurian oknum di luar proyek
Kerusakan atau cacat dari produsen
Kesalahan dalam penanganan.
Teori Regresi Linier Berganda
Analisa ini ialah teori yang menyatakan korelasi antara beberapa karakter yang dinyatakan dalam bentuk variabel tak bebas sebagai fungsi dari variabel independen yang dinyatakan dalam bentuk variabel dependen. Persamaan regresi liner berganda ialah untuk meramal besaran pengaruh dari setiap variabel bebas secara kuantitatif jika pengaruh variabel lainnya terhitung konsta (Supranto, 1992).
Korelasi antar variabel X denhan Y ilaha hubungan ketergantungan statistik. Pada variabel ini, variabel X dihitung sebagai variabel fixed dan variabel Y sebagai variabel random. Analisa ini mencari nilai koefisien regresi sehingga ada transformasi nilai Xi dan meningkat dengan 10% contohnya, maka nilai Y akan meningkat bi x 10%. Lalu, nilai koefisien regresi harus diuji bersama menggunakan uji F dan uji T. Jika masing-masing uji tersebut hubungannya ditolak, maka berarti bahwasanya korelasi antar fenomena yang diperlihatkan oleh semua nilai koefisien regresi berarti signifikan (Soeparmoko, 1997).
Untuk nilai variabel Y, akan lebih baik jika dipertimbangkan variabel lain untuk merajai Y, yakni variabel independen. Dalam menentukan variabel bebas, harus berdasar pada rasionalitas korelasi teori yang ada anatara variabel dependen dan independen. Jika pemilhan variabel sudah ditetapkan dengan maksimal dan hasilnya adalah R2 besar, maka itu sangat bagus. Namun, jika nilanya rendah, bukan berarti bahwasanya model regresi jelek (Supranto, 1992).
Pada analisa regresi, butuh adanya meninjau seberapa jauh persentasi variabel dependen bisa dijelaskann oleh variabel independen. Maka dari itu, dipakai koefisien determinasi R2. Harga R2 dalam jangka 0 sampai dengan 1. Dalam analisa regresi, perlu juga diuji estimator terhadap tolak ukur berbeda secara signifikan dari nol. Untuk itu, dipakai uji T (Nazir, 1999).
Suatu fungsi regresi linier berganda yang didapatkan dari hasil penjumlahan estimasi dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS) yang benar, akan dianggap sebagai analisis yang bagus apabila memenuhi kualifikasi dalam anggapan-anggapannya.
Total perlbagai anasir bisa mengakibatkan suatu perkara dalam kehidupan di sekitar kita setiap hari. Sebuah tragedi dipicu oleh beragama kejadian sebelumnya sehingga untuk mengiranya dibutuhkan sebuah persamaan matematik yang dapat merangkum beragam faktor tersebut. Jika sebuuha kejadian Y akan terikat oleh beragam faktor X yang bebas karena itu, jika regresi linier digunakan untuk mengira Y variabel tak bebas atas X variabel bebas yang hany ada satu persamaan matemaatik yang dibuat untuk memecahkan persamaan tersebut, yakni persamaan regrsi linier berganda (Hiariey, 2009).
Regresi linier berganda berfungsi untuk mencari signifikansi atau untuk memperkirakan dua variabel prediktor atau lebih terhadap variabel klasifikasinya. Suatu persamaan regrwsi linier yang mempunyai lebih dari satu variabel independen X dan satu variabel dependen Y akan membuat persamaan regresi baru, yakni persamaan regresi linier berganda (multiple regression).
Model persamaan regresi linier berganda tidak berbeda jauh dengan model regresi linier sederhana, letak komparasninya hanya terdapat pada kuantitats variabel independennya. Berikut adalah model regresi linier berganda yang secara umum:
Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda sebagai berikut :
Keterangan:
Y = variabel dependen
X = variabel independen
b0 = konstanta regresi
bk = konstanta regresi variabel bebas Xk
= pengamatan variabel error
Pada studi ini, dipakai 4 variabel yang mencakup satu variabel dependen Y dan 3 variabel independen X yakni X1, X2 dan X3. Maka persamaan regresi bergandanya ialah Y = b0 + b1 + b1 X1 + B2 +b3 X3 + b4 X4
Y = Peningkatan biaya proyek
X1 = Sisa material (waste) pekerjaan bekesting
X2 = Sisa material (waste) pekerjaan pembesian
X3 = Sisa material (waste) pekerjaan pengecoran beton
X4 = Sisa material (waste) Pekerjaan pembongkaran bekisting
Persamaan di atas dapat dapat diselesaikan dengan tiga bentuk yaitu:
∑Y = nbo + b1 ∑X1+ b2∑X2+b3∑X3
∑X1Y = bo∑X1+ b1 ∑ X 12 + b2 ∑X1X2 + b3∑X1X2
∑X2Y = bo∑X2+ b1 ∑ X2X1+ b2 ∑X22 + b3∑X2X3
∑X3Y = bo∑X3+ b1 ∑ X3X1+ b2 ∑ X3X2 + b3∑X32
Demi mempermudah data yang diolah, data-data bisa diformulasikan dalam bentuk tabel. Format umum tabel variabel penduga yang lebih dari satu ialah bentuk tabel berikut:
Tabel 2.2. Bentuk Umum Tabel Data Regresi Linier Berganda
OBSERVASI VARIABEL
TERIKAT VARIABEL BEBAS VARIABEL BEBAS VARIABEL BEBAS VARIABEL BEBAS
Y X1 X2 Xn
1 Y1 X11 X21 ... Xk1
2 Y2 X12 X22 ... Xk2
3 Y3 X13 X23 ... Xk3
. . . . ... .
. . . . ... .
. . . . ... .
N Yi X1n X2n ... Xkn
Keterangan:
Y = Nilai presentase peningkatan biaya kontruksi (Variabel Terikat)
X1 , X2 , X3, .........Xn = Faktor-faktor waste yang mempengaruhi nilai presentase biaya,
kontruksi (Variabel Bebas).
SPSS (Statistical Product and Service Solution)
SPSS merupakan sebuah program aplikasi yang mempunyai kapabilitas analisis statistik cukup bertingkat dan mekanisme data pada daerah grafis dengan memakai menu-menu deksriptif serta kotak-kota dialog yang simpel sehingga gampang dimengerti penggunaannya. Beragam kegiatan bisa dilaksanakan dengan mudah dengan memakai clicking mouse dan pointing. SPSS banyak dipakai dalam beragam riset marketing, perbaikan dan pengendalian kualitas serta studi-studi ilmiah.
SPSS dibuat pada mulanya untuk kebutuhan pengolahan data statistik untuk ilmu sosial sehingga SPSS merupakan singkatan dari Statistical Product and Service Solution. Abilitas SPSS diperluas untuk melayani beraneka ragam tipe user, misalnya proses pembuatan di industri, studi ilmiah dan sebagainya. SPSS bisa membaca beragam tipe data atau memasukkan data ke dalam SPSS secara langsung. Bagaimanapun data mentahnya, maka informasi dalam Data Editor SPSS harus diformulasikan dalam bentuk baris dan kolom. Case melingkupi informasi untuk satu bagian analisis sedanhkan variabel ialah informasi yang dihimpun dari tiap cases.
Hasil akhir analisa muncul dalam SPSS Outpot Navigator. Kebanyakan prosedur Base System menghasilkan pivot tables di mana kita dapat membenahi screen dari keluaran yang ada dari SPSS. Untuk memperbaiki keluaran, maka kita bisa memperbaiki keluaran berdasarkan dengan keperluan. Pelbagai kemudahan yang dipunyai SPSS dalam pengoperasiannya ialah karena SPSS menyediakan sejumlah perangkat sebagaimana di bawah ini:
Data editor ialah jendel pengolahan data. Data editor dibuat sebaik mungkin sebagaimana pada aplikasi-aplikasi speadsheet untuk menggambarkan, mengedit, memasukkan dan menampilkan.
Viewer memudahkkan pengguna untuk meninjau hasil pemrosesan, menghilangkan atau menunjukkan bagian tertentu dari output serta memudahkan distribusi hasil pengolahan dari SPSS ke aplikasi lainnya.
Multidimensional Pivot Tables ialah hasil pengolahan data akan diperlihatkan dengan multidimensional pivot tables. Pengguna bisa melaksanakan eksplorasi terhadap tabel dengan regulasi grup data dengan melaksanakan splitting tabel sehingga hanya satu kelompok tertentu saja yang ditampilkan pada satu waktu.
High-Resolution Graphics. Dengan abilitas grafikal beresolusi, bertingkat, baik untuk menampilkan bar charts, histogram, pie charts, scatterplots, 3D graphics dan sejenisnya, akan membuat SPSS bukan hanya mudah dipakai tapi juga nyaman dalam pengoperasiannya.
Database Acces. Pengguna ini bisa mendapatkan kembali informasi dari sebuah database dengan memakai Database Wizard yang disediakannya.
Data Transformations. Transformasi data akan membantu pemakai mendapatkan informasi yang siap dianalisa. Pengguna bisa melakukan subset data, add, aggregat, kombinasi kategori, split, merge dan sejumlag perintah transpose files dan yang lainnya.
Electronic distribution. Pemakai bisa mengirimkan data secara virtual memakai sebuah tombol email atau export table serta grafik ke mode HTML sehingga menunjang distribusi melalui internet dan intranet.
Online Help. SPSS menyediakan fitur online help yang selalu siap membantu pengguna dalam melaksanakan pekerjaannya. Bantuan yang diberikan bisa melingkupi instruksi penggunanaan secara rinci, kemudahan pencarian mekanisme yang dikehendaki hingga pada sampel permasalahan dalam penggunaan program tersebut.
Akses data tanpa tempat penyimpanan sementara. Analisa file-file data yang sangat besar ditaruh tanpa memerlukan tempat penyimpanan sementara. Hal ini tidak sama dengan SPSS sebelum versi 11.5 di mana file data sangat besar dibuatkan temporary filenya.
Interface dengan database relasional. Fasilitas ini akan memperluas produktivitas pekerjaan untuk menetralkan data serta menganalisisnya dari database relasional.
Analisis distribusi. Fitur ini didapatkan pada penggunaan SPSS for Server atau untuk aplikasi multiuser. Manfaat dari analisa ini ialah jika peneliti hendak mengkaji file data yang sangat besar bisa langsung me-remote dari server serta memprosesnya tanpa memindahkan ke komputer pengguna.
Multiple sesi. SPSS memberikan kemampuan untuk menganalisa lebih dari satu file data dalam satu waktu.
Mapping. Visualisasi data bisa diciptakan dengan beragama tipe baik konvensional ataupun interaktif. Seperti, dengan memakai jenis pie, bar, atau simbol, jangkauan nilai, cart dan gradual.
Matrix Data Mentah
Kuesioner Tahap Pengujian Pakar Ahli
Variabel Pekerjaan Bekisting (X1) Pekerjaan Pembesian (X2) Pekerjaan Pengecoran Beton (X3) Pekerjaan Pengecoran Beton (X3) Y1
No. Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator
Responden X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X4.1 X4.2 X4.3 X4.4
1 S S S S S S S S S S S S S S S S S
2 S S S S S S S S S S S S S S S S S
3 S S S S S S S S S S S S S S S S S
4 S S S S S S S S S S S S S S S S S
5 S S S S S S S S S S S S S S S S S
6 S S S S S S S S S S S S S S S S S
7 S S S S S S S S S S S S S S S S S
8 S S S S S S S S S S S S S S S S S
9 S S S S S S S S S S S S S S S S S
10 S S S S S S S S S S S S S S S S S
11 S S S S S S S S S S S S S S S S S
12 S S S S S S S S S S S S S S S S S
13 S S S S S S S S S S S S S S S S S
14 S S S S S S S S S S S S S S S S S
15 S S S S S S S S S S S S S S S S S
16 S S S S S S S S S S S S S S S S S
17 S S S S S S S S S S S S S S S S S
18 S S S S S S S S S S S S S S S S S
19 S S S S S S S S S S S S S S S S S
20 S S S S S S S S S S S S S S S S S
Keterangan
Pekerjaan Bekisting (X1) Pekerjaan Pembesian (X2)
X.1.1 Kesalahan yang dilakukan pekerja dalam pemotongan kayu X.2.1 Besi yang terlanjur terpotong tidak sesuai ukuran
X.1.2 Menggunakan material triplek dengan kualitas rendah X.2.2 Sisa pemotongan tidak dapat di gunakan
X.1.3 Pemotongan sisa bekisting bondek tidak digunakan X.2.3 Metode pemasangan yang kurang tepat
X.1.4 Pengawasan pemasangan bekisting kurang intensif X.2.4 Material berkarat akibat terlalu lama disimpan
Pekerjaan pengecoran Beton (X3) Pekerjaan Pembongkaran Bekisting (X4)
X.3.1 Semen,pasir dan kerikil tercecer, terbuang selama pembuatan adukan beton X.4.1 Material kayu dan triplek tidak awet untuk dipakai berulang-ulang kali
X.3.2 Kelebihan adukan beton dilapangan X.4.2 Sisa potongan bekisting bondek tidak dapat di pakai lagi
X.3.3 Ukuran batu split yang tidak sesuai spesifikasi X.4.3 Paku dan kawat bendrat yang sudah tidak bisa dipakai kembali karena proses pemakaian
X.3.4 Tidak merencanakan menggunakan material dengan baik X.4.4 Metode pembongkaran yang kurang tepat
Y Persentase peningkatan biaya proyek
Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran (2,13 % s/d 2,85%) , (1,64 % s/d 2,12% ),( 2,29 % s/d 1,63%),( 0,01 % s/d 1,28% ),( 0,01 % s/d 1,28%)
Kriteria Jawaban X1,X2,X3,X4 dan Y
1 Setuju (S)
2 Tidak Setuju (TS)
Tinjauan atas Penelitian Terdahulu
(Aulia Annisa Novinda, 2016) Penelitian ini membahas tipe bahan yang mempunyai kuantitas dan biaya sisa bahan yang dominan dan alasan yang menyebabkannya munculmya sisa pada pembangunan. Hasil dari studi ini ialah analisis memakai metode Pareto, tipe material yang dominan menciptakan sisa pada proyek yaitu tulangan D22, tiang pancang, dan tulangan D16. Dengan keseluruhan anggaran sisa dari ketiga tipe bahan tersebut sebesar Rp. 108.303.861,00. Sebagaimana analisa memakai Fishbone Diagram, indikator terjadninta sisa bahan yaitu karena adanya kondisi tiang pancang yang didapatkan kurang maksimal. Hal ini dikarenakan proses loading-unloading kurang optimal. Tak hanya itu, tidak semua cabang tiang masuk ke dalam tanah karena keadaan di setiap titik pancang tidak sama. Untuk besi tulangan, sisa bahan yang muncul adalah akhir dari sisa proses mutasi.
(Nursyahbani Hanif, 2016). Riset ini membahas mengenai analisis deksriptif di mana studi dilaksanakan dengan menghimpun data primer berupa angket dan interviu dan data sekunder berupa data proyek itu sendiri. Dalam studi ini, kejadian klimaks diperoleh dari dua material dengan nilai biaya sisa. Material bertingkat yaitu baha tulangan dan tiang pancang. Hasil dari studi ini ialah analisis yang diperoleh ialah fenomena penyebab pokok atau dominan yang mengakibatkan sisa bahan baja tulangan ialah tenaga kerja yang kurang ahli, alat yang sudah aus, pekerja yang kurang pehatian dan desain dadakan. Sedangkan tiang pancang ialah kelalaian mengecek bahan yang diterima.
(Hartono Widi , Sugiyarto, dan Sukho Baskoro, 2016) Penelitian ini membahas tahapan-tahapan mengenali pengadaan bahan yang dipakai dalam proyek memakai data sekunder yakni laporan harian dan gambar strategi. Observasi serta wawancara langsung dengan pelaku di lapangan diperoleh data primer berupa overlap material yang ada. Hasil dari studi ini ialah kajian yang dilaksanakan memperlihatkan bahwasanya dari 8 sisa material yang dikaji diperoleh dari sisa bahan bata merah paling menonjol (21, 84%) disusul keramik 40x40 (21,07%). Bata merah dipakai untuk bahan tambah bahan.
(Julsena, Abdullah Abdullah, dan Anita Rauzana, 2018) Penelitian ini membahas faktor dominan penyebab sisa material, serta menganalisis hubungan dan pengaruh faktor sisa material terhadap biaya proyek pembangunan gedung di Provinsi Aceh . Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa faktor material sisa dominan yang terjadi selama pelaksanaan proyek pembangunan gedung di Provinsi Aceh adalah faktor residual dengan rata sebesar 4,729. Faktor desain, pengadaan, penanganan dan implementasi memiliki korelasi yang rendah dengan koefisien Spearman sebesar 0,260, 0,295, 0,373, dan 0,296, sedangkan faktor residual memiliki korelasi yang sangat rendah dengan koefisien Spearman sebesar 0,130 terhadap biaya proyek pembangunan gedung di Provinsi Aceh.
(Asnudin Andi,Mastura Labombang dan Muzani Fahri 2017) Penelitian ini membahas metode pengontrolan sisa pada studi kasus kontruksi gedung kantor perpustakaan, dokumentasi dan arsip Kabupaten Sigi. Hasil dari riset ini ialah memperlihatkan penontrolan bahan sisa dilaksanakan dengan memperhatikan: (a) penyimpanan bahan sesuai dengan sifat dan jenis material, (b) keamanan tempat pemyimpanan bahan, (c) merancang dan menghitung pemakaian bahan, (d) adanya petugas yang mengecek dan mencatat bahan yang masuk dengan yang dipakai, (e) penguasaan pekerja terhadap pekerjaan yang dilaksanakan, (f) pengecoran dan plesteran sesuai dengan ketetapan yang sudah ditentukan dan tidak asal-asalan, (g) pengemasaan dan pengawasan bahan saat transportasi, (h) petugas mengetahui jenis bahan saat perjalanan (i) lokasi wadah penyimpanan bisa memudahkan distribusi bahan ke lokasi proyek.
(Wahyudi Nuris, 2016) Penelitian ini material yang berlebih baik dari hasil pekerjaan ataupun bahan konstruksi yang berserakan atau hancur dan tidak bisa dipakai lagi disebut bahan kontruksi. Hasil penelitian ini ialah sisa bahan yang sudah tidak terpakai lagi akan mempengaruhi kerugian dari segi tidak anggaran kontruksi. Efek lainnya ialah kerusakan lingkungam, adanya kebisingan, mengotori area, menurunkan kualitas air tanag, mencemari tanah dan menganggu kesehatan manusia. Upaya mitigasi yang bisa dilaksanakan ialah: a) meminimalisir transformasi desain, b) pengendalian bahan yang bagus, seperti pengontrolan total, mutu yang sesuai, skedul penyediaan yang disesuaikan dengan kemajuan pekerjaan, pengemasan yang bagus dan penyimpanan aman, c) pemilihan pekerja yang cakap dan terlatih ialah tindakan yang cukup bijak dalam rangka mengurangi dampak construction waste.
(Liman Kelvin dan Hendrik Sulistio, 2020) Penelitian ini membahas besar sisa material yang terjadi pada pekerjaan konstruksi beton dan bentuk penanganan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya waste material. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar waste material yang terjadi, kerugian yang ditimbulkan oleh waste material tersebut dan mengetahui penyebab terjadinya waste material tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah sisa material konstruksi terbesar pada kontruksi beton adalah 7.05% untuk proyek low rise building di Jakarta dan sekitarnya dan kerugian (%) yang memilik regresi seperti berikut Y= -1.640 + 0.669 X1 + 0.481 X2 + 0.098 X3.
(Putu I Gusti , Suartika Adi, Putra, G A. P. Candra Dharmayanti, & A. A. Diah Parami Dewi, 2018). Studi ini untuk membahas tipe sisa material yang sering muncul dan format antisipasi yang telah dilaksanakan sekarang oleh proyek dan untuk mengidentifikasi sisa material tersebut. Data yang dikumpul dilaksanakan dengan mengadakan survei memakai wawancara dan angket kepada project manager di beberapa proyek bangun berlantai di Kota Bandung dan Denpasa. Jenis sisa bahan yang paling sering ialah besi tulangan, cat, kayu bekisting, gypsum, keramik, semen, batako, pasir dan koral. Format antisipasi yang telah dilaksanakan ialah menjual sisa bahan yang masih berharga kepada salvage company atau menggunakannya untuk kebutuha proyek berikutnya.
(Thoengsal James , Rusdi Usman Latief , Suharman Hamzah dan Irwan Ridwan Rahim, 2019) Penelitian ini untuk membahas tentang meningkatkan suatu konsep model manajemen pengontrolan anggaran yang cocok dikarenakan adanya sisa bahan gedung di Indonesia. Teknik yang diaplikaikan ialah dengen menetapkan sampel dengan teknik purposive sampling yang mencakup sampel keseluruhan proyek gedung yang sedang berlangsung dan survei total delegasi kontraktor BUMN yang ada di Indonesia. Lalu, melaksanakan penghimpunan data primer berupa klasifikasi angket dan wawancara terhadap pihak penyelenggara kontruksi terutama pada koraktor-kontraktor BUMN yang sudah ahli, kemudian data diolah memakai konsep Structural Equation Modelling Partial Least Square (SEM-PLS) untuk mendapatkan hasil penilaian berupa pengaruh signifikan pengimplementasian manajemen sisa material proyek. Kemudian, dilakukan analisis tambahan dengan konsep dinamik memakai teknik Dynamic Serial Times Analysis memakai perangkat VENSIM-PLE untuk mendapatkan hasil peluang pengaplikasian manajemen sisa material kontruksi dalam mengurangi efek inefisisensi anggaran karena sisa bahan gedung sesuai dengan periode waktu analisa.
(Haryadi, Darlan., Albani, Musyafa., dan Faisol, A. M, 2018) Penelitian ini membahas bahan proyek apa yang mempunyai kuantitas sisa bahan terbanyak, penyebab terjadinya sisa kemudian tindakan antisipasi apa yang diambil dan hubungan antara sisa bahan kontruksi dengan tindakan antisipasi. Hasil studi ini adalah sisa materila proyek pada pekerjaan arsitektural yang mempunyai jumlah persentase terbanyak yakni sisa material kontruksi keramik dan bata merah. Penyebab utamanya karena adanya sisa pemotongan yang tidak bisa dipakai lagi, desain yang berubah dan kesalahan yang pekerja lakukan. Kemudian, tindakan antisipasinya ialah dengan melaksanakan pemeriksaan baran saat tiba di lokasi dan berkala. Tak hanya itu, juga adanya korelas membuat pemotonngan bahan dengan maksimal, mencegah terjadinya pergantian desain dan mengembangkan kesadaran tenaga kejra dalam menangani bahan.
(Pertiwi, Mas IGAI., Fajar, Surya Herlambang., dan Wayan, Sri Kristinayanti. 2019) Penelitian ini membahas tentang jumlah dan tipe sisa bahan dominan yang muncul di proyek dan mengkaji efek sisa dominan tersebut terhadap lingkungan. Sampel riset ialah consumabel material kontruksi di Kabupaten Bandung. Metode yang dipakai menghimpun data ialah observasi lapangan, penyebaran angket, dan wawancara. Analisis data memakai analisa kuantitatif untuk mengenali tipe dan mutu sisa bahan kontruksi dengan menghitung wastage level dan waste . Lalu, sisa bahan tersebut dihitung waste cost-nya untuk mengenali besaran kerugian anggaran yang terjadi. Hasil studi terhadap variable waste dan penyebab waste material ialah adanya penambahan jenis pekerjaan pada proyek pembangunan dan pekerjaan mekanisme ialah variabel paling banyak dan pekerjan repair and rework, revisi dan distribusi gambar yang lambat dan perubahan desain adalah penyebab yang memiliki dampak paling besar terhadap terjadinya sisa. Sedangkan untuk jenis materila proyek yang memiliki persentase tertinggi sebagai sisa ialah besi beton polos, besi beton ulir, keramik dan bata.
(Hayati Wahyu Diana., Farida Rachmawati., dan Cahyono Bintang Nurcahyo, 2013) Penelitian ini proyek kontruksi gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya, banyak ditemui bangunan sisa proyek. Salah satu alasannya ialah proses bongkar muat yang tidak utuh sehingga menyebabkan kerusakan atau tidak bisa dipakai lagi dan menjadi sisa material kontruksi. Penyebab lain, luar tempak proyek yang terbatas dan kurang mumpuni menjadi penyebab kontraktor kesusahan dalam menyimpan material yang bisa menimubulkan kerusakan atau tidak bisa dipakai lagi. Sisa-sia bahan ini jika tidak dirancangkan pengontrolan atau pendayagunaannya akan membuat proyek rugi dan kelestarian sekitarnya. Sebagaimana hasil analisa Pareto, maka material gedung pendidikan tersebut yang berpeluang memberikan sumbangsih terbesar terhadap waste cost ialah Bata tingin sebesar Rp. 41.587.835,21. Sedangkan nilai waste index-nya ialah 0,0531. Faktor-faktor yang merajai menyebabkan waste material pada bata ringan, besi ulur DRR, besi polos O16 dan besi polos O10 dalam proyek gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya ialah faktor measure, management and man.
(Sudiro Rizky dan Albani Musyafa, 2018) Penelitian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa : triplek mempunyai jumlah sisa bahan yang terbanyak pada pekerjaan struktur, karena triplek mempunyai banyak sisa potongan yang tidak bisa dipakai dalam pekerjaan bekisting. Pergantian desain adalah penyebab pokok kejadian sisa bahan pekerjaan struktur yang paling berjenjang. Ini menandakan bahwasanya saat penerapan pembangunan terdapat banyak pergantian desai, maka akan akan sangat berpengaruh terhadap bertingkatnya persentase sisa bahan. Melaksanakan monitoring pekerjaan adalah jalan keluar efektif dalam menangani sisa barang yang sering tejadi. Ini berarti apabila monitoring pekerjaan sering dilaksanakan, maka material bisa diatur dan dipakai sesuai dengan keperluan sehingga bisa memperkecil angka terjadinya sisa bahan mekanisme proyek, khususnya memonitorung pekerjaan bekisting untyk bahan yang mempunyai persentase sisa material tertinggi.
(Ardi Winursito Afrinur, Widi Hartono, dan Sugiyarto, 2017 Dari hasil penillaian informan, tingkat pengaruh tindakam koreksi terhadap risiko dikenali yang mempunyai nilai bertingkat ialah tindakan pembenaran “penambahan personil, jam kerja juga harus ditambah” mempunyai nilai 4,1923. Kemudian, penempatan individu yang tepat, SDM dilatih dan harus cakap mempunyai nilai 4,0385 dan tindakan ‘rapat koordinasi minimal seminggu sekali, membuat tim kondusif’ mempunyai nilai 4,000. Ketiga tindakan koreksi tersebut mempunyai jenjang pengaruh bertingkat terhadap kenaikan kinerja kontruksi dan diklaim bisa mengantisipasi resiko yang ada karena mempunyai nilai skala di atas 4. Sedangkan untuk tindakan koreksi lain mempunyai nilai di atas 3 yang menunjuikkan tingkat pengaruh ‘sedang’ tergadap pengembangan kinerja proyek. Sebagaimana riset dan hasil analisa: jumlah risiko yang termasuk dalam klasifikasi high risk ialah 21 (58,33%) dan medium risk 15 (41,67%). Risiko yang mempunyai nilai risk index terbesar ialah ‘kealahan dalam memperkirakan dan merancang RAB untuk bahan’ sebesar 2,3255. Kemudian, tindakan koreksi ‘penempatan personil sekaliysng sesuai dengan pengalaman dan bidang, SDM dilatih dan mesti cakap’ senilai 4,0852 dan tindakan ‘rapat koordinasi minimal seminggu sekali, membuat tim kondusif’ sebesar 4,00.
(Zulkibli, Nawir Rasidi, dan Andy Kristafi Arifianto, 2017) Penelitian ini membahas biaya dan waktu dengan cara pengelolaan dan pengendalian limbah material khususnya pada material besi beton, semen, pasir, batako, kerikil, keramik. Data Hasil penelitian menunjukkan bahwa:persentase jumlah anggaran bahan terbesar yang diteliti selama pelaksanaan proyek berasal dari material baja Beton senilai Rp5.4838 juta, total respon kuesioner setiap jenis material limbah yang diteliti merupakan limbah material pasir terbesar menurut 19,68%, persentase sisa biaya material yang tidak dapat digunakan terhadap biaya material yang dibutuhkan lapangan sebesar 4,9%, persentase jumlah anggaran bahan limbah terhadap total biaya proyek sebesar 1,87% dan total biaya Hasil kuisioner di lapangan berdasarkan sumber dan penyebab terjadinya bahan limbah terbesar adalah (X3) faktor penanganan sebesar 35,75%. Selain itu upaya pengurangan limbah material di dalam tanah merupakan metode pengelolaan material yang baik.
Kerangka Pemikiran
Adapun gambaran mengenai kerangka pikir dari studi ini bisa ditinjau di bawah:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi
Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Deskriptif dengan pendekatan Kuantitatif termasuk metode atau bentuk ilmiah dalam memperoleh data untuk sasaran tertentu. (Resseffendi 2010:33)berpendapat, penelitian deskriptif merupakan studi yang memakai peninjauan di lapangan, tanya jawab, atau kuesioner terkait kondisi saat ini, terkait subjek yang sementara dikaji. Dengan kuesioner dan yang lainnya, kita menghimpun data dalam memeriksa hipotesis atau menjawab persolana. Dengan penelitian deskriptif menjadikan peniliti menguraikan fakta atau kebenaran dari perisitiwa yang sementara dikaji.
Tabel 3.1. Pembangunan Gedung di Tahun 2020
NO NAMA PERUSAHAN PROYEK TAHUN
1 2 3 4
1 PT Astoria Perkasa Nusantara Pembangunan Gedung DMI 2020 - 2021
2 PT. Bina Multi Usaha Pembangunan Kampus STIE 2020 - 2021
3 PT. Cipta Baja Trimatra Pembangunan Pergudangan SCP Blok AE-3 Kawasan Industri MM2100 2020 - 2021
4 PT. Andaru Persada Pembangunan Pergudangan Silicone 3 2020 - 2021
5 PT. Dharma Leksana Pembangunan Pusat Pengembangan Pendidikan Kerakter UNJ 2020 - 2021
6 PT. Gisos Pratama Perkasa Pembangunan Apartement House Puri Kemang 2020 - 2021
7 PT. Somba Hasbo Pembangunan Apartement House crystal 2020 - 2021
8 PT. Sardo Tama Abadi Pembangunan Apartement House Pejaten Village Condo
2020 - 2021
9 PT. Praja Ghupta Utama Pembangunan Apartement House Luth De Mezza 2020- 2021
10 PT. Anandra Karya Cipta Pembangunan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum dan Politik Pelopor Bangsa 2020 - 2021
11 PT. Sumber Bayak Kresai Pembangunan Rumah Kosan 4 lantai 2020 - 2021
12 PT. Bangun Kualitas Utama Pembangunan Rumah Sakit Umum Swasta 2019 - 2020
13 PT. Wirawan Multi Daya Pembangunan Ruko 2020 - 2021
14 PT. Karsa Bayu Bangun Perkasa Pembangunan Rumah Tinggal 2020 - 2021
Sumber : Data sekunder, 2020
Populasi menurut Cooper dan Emory (1997) menjelaskan oopulasi merupakan semua kelompok elemen yang bisa dipakai dalam membentuk berbagai kesimpulan, sementara Kuncoro (2003) menjelaskan populasi merupakan gabungan elemen yang utuh umumnya berwujud manusia, objek, transaski atau peristiwa yang menjadikan kita berkeinginan mengetahuinya atau menjadikan objek dari studi. Terdapat berbagai kriteria yang digunakan menjadi informan yakni seseorang yang berkaitan dalam pemakaian bahan-bahan dalam sebuah pekerjaan proyek pembangunan konstruksi misalnya Project Manager, Site Manager, Quantity Surveyor, Pengawas Lapangan, Logistik dan Gudang. Penelitian dilakukan di 14 (empat belas) proyek yang berbeda. Setelah dilakukannya observasi lapangan ke proyek tersebut, diperoleh informasi mengenai jumlah sampel dari keseluruhan proyek tersebut ada 84 orang.
Sampel
Sesudah ditetapkan populasi pada penelitian yang dilakukan, selanjutnya ditetapkan sampel yang dipakai pada penelitian. Sugiyono, (2014:53) berpendapat, sampel merupakan separuh dari total dan karakteristik yang ada pada sebuah populasi. Sedangkan Suparno, (2012:122) menjelaskan, metode pengumpulan sampel dengan penggunaan teknik probabilitas random sampling merupakan penetapan sampel secara acak, yakni masing-masing bagian dari populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk dijadikan sebuah sampel. Sedangkan dalam penentuan sampel memakai simple random sampling adalah penentuan sampel secara acak sederhana yakni memberikan peluang yang sama dan bersifat tidak terbatas untuk elemen populasi untuk dijadikan sampel. Selain itu Arikunto, (2001:89) jika populasi tidak mencapai 100, maka seluruh akan digunakan sebagai sampel, apabila populasi melebihi 100, maka akan digunakan 5%-10% atau 20%-25% dari keseluruhan sampel.
Pada penelitian ini yang bisa digunakan menjadi sampel yang mana persyaratan tersebut akan memiliki pengaruh dalam penelitian yang dihasilkan. Terdapat berbagai kriteria yang digunakan menjadi informan yakni seseorang yang berkaitan dalam pemakaian bahan-bahan dalam sebuah pekerjaan proyek pembangunan konstruksi seperti Project Manager, Site Manager, Quantity Surveyor, Pengawas Lapangan, Logistik serta Gudang. Berdasarkan teori diatas bahwa populasi yang berjumlah kurang dari 100, maka akan semua menjadi sempel, Maka dapat disimpulkan bahwa sampel dari penelitian ini berjumlah 84 orang responden.
Flow Chart / Bagan Alur Penelitian
Gambar 3.1 Flow Chart / Bagan alir penelitian.
Tahapan Penelitian
Tahap penelitian merupakan fase yang akan dilaksanakan di lapangan dalam mengerjakan penelitian yang sudah ditentukan. Fase yang perlu dilalui untuk mengerjakan penelitian, yaitu:
Mulai, adapun mulai disini dimaksudkan peneliti mengadakan observasi langsung dilapangan dan diskusi dengan para narasumber terkait dengan penelitian ini.
Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah, bermula dari latar belakang masalah bisa dipahami bahwa sisa material pekerjaan proyek pembangunan konstruksi gedung bertingkat rendah tidak dapat dihindari maka perlu adanya pengendalian agar dapat menghindari terjadinya sisa material (waste), pada pekerjaan struktur meliputi pekerjaan bekesting, pembesian dan pengecoran. Dalam penelitian ini dilakukan mengenai pengaruh sisa material (waste) serta besar biaya konstruksi.
Perumusan Masalah
Rumusan masalahnya ialah terkait dengan apa saja sisa material (waste) dari pekerjaan struktur gedung bertingkat rendah yang memiliki dampak peningkatan biaya paling besar di proyek konstruksi gedung bertingkat rendah di Jakarta ?, Sisa material (waste) apa sajakah yang berpengaruh paling signifikan atau paling dominan terhadap persentase kenaikan biaya bertingkat rendah di Jakarta ?, Seberapa besar rata – rata persentase kenaikan biaya kontruksi akibat adanya (waste) yang terjadi di proses pekerjaan struktur ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitiannya ialah memahami dan menguraikan jenis sisa material (waste) pada pekerjaan struktur gedung bertingkat rendah yang memiliki dampak peningkatan biaya paling besar di proyek konstruksi bertingkat rendah di Jakarta. Untuk mengetahui dan menganalisis sisa material (waste) yang berpengaruh paling signifikan atau paling dominan terhadap persentase kenaikan biaya bertingkat rendah di Jakarta. Untuk mengetahui dan menganalisi seberapa besar rata-rata persentase kenaikan biaya konstruksi akibat adaanya (waste) yang terjadi di proses pekerjaan struktur.
Manfaat Penelitian
Manfaatnya ialah menjadi bahan rujukan oleh pemberi tugas sehingga bisa memahami terial apa yang sering terjadi sisa material (waste), sehingga bisa memakai dana dengan efektif. Sebagai bahan rujukan oleh peninjau sehingga bisa meninjau sisa material (waste), terhadap pemakaian bahan secara tepat. Sebagai bahan rujukan oleh kontraktor sehingga bisa menjadi penelitian ini acuan pengontrolan bahan, terhadap akibat sisa material yang tidak memberikan kerugian pada dana yang yang diberikan. Sebagai bahan rujukan bagi penulis sehingga dapat diterapkan didaerah sebagai hasil dari tugas belajar.
Batasan Masalah
Batasan masalahnya ialah material yang diamati hanya dalam pekerjaan struktur mencakup pekerjaan bekisting, pembesian, pengecoran dan pembongkaran bekisting. Jenis sisa material yang dikatakan pada penelitian ialah material yang tidak dapat dipakai kembali dalam pengerjaan struktur. Pekerjaan bangunan untuk gedung bertingkat rendah terdiri atas 2 - 6 lantai. Penelitian ini berpusat dalam konstruksi gedung bertingkat rendah di Daerah DKI Jakarta karena masih banyaknya gedung - gedung bertingkat rendah dalam proses pembangunan.
Studi pustaka
Studi pustakanya ialah yang memiliki kaitan pada sistem kelola proyek dan sisa material (waste).
Metode penelitian
Metode penelitiannya dikerjakan dengan memberikan kuesioner untuk para kontraktor yang diberikan secara langsung pada elemen Project Manager, Site Manager, Quantity Surveyor, Pengawas Lapangan, Logistik dan Gudang. Dalam memperoleh informasi yang terdapat dalam setiap proyek, perhimpunan data dilaksanakan memakai metode regresi linier berganda.
Menyusun kuesioner
Kuesioner diurutkan sesuai dengan kondisi yang terjadi pada lapangan yang memiliki kaitan pada sisa material, sementara itu terdapat pertanyaan mengenai pemicu dan jalan keluar/aktivitas penanganan mengenai metode untuk mengecilkan adanya sisa material. Respon yang diberikan responden memakai kuesioner untuk kelompok jawaban persentase dan alternatif tingkatan seringa tau tidak sebuah peristiwa.
Uji validitas dan reliabilitas
Pengujian kebenaran dan kredibilitas kuesioner dibutuhkan dalam memperhatikan kuesioner yang dipakai pada penelitian bisa menilai variabel penelitian secara tepat. Terdapat program yang umumnya dipakai dalam mengkaji kebenaran dan kredibilitas sebuah kuesioner, yaitu penggunaan SPSS dan excel dalam penelitian yang dilakukan.
Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan diperoleh secara pemberian kuesioner tertutup/tersusun yang diberikan untuk responden yang memiliki hubungan secara langsung pada pemakaian material, contohnya Project Manager, Site Manager, Quantity Surveyor, Pengawas Lapangan, Logistik dan Gudang. Jawaban dari kuesinoner dilandasi atas pengalaman responden dalam wujud suatu angka yang diperkirakan.
Analisis data
Tahapan Analisa data yang dilaksanakan, yakni: penjelasan data yang ada dalam kompenen kuesioner, melaksanakan analogi dan kesamaan data pada pengujian regresi linier berganda.
Pembahasan
Pembahasannya ialah hubungan terhadap persentase sisa material proyek struktur dan peningkatan biaya, material pembanguan yang mempunyai sisa material yang terbesar, penyebab dasar dan analisis model pengaruh yang tepat dilaksanakan untuk mengecilkan terjadinya peningkatan biaya.
Kesimpulan dan saran
Selanjutnya menentukan kesimpulan dan saran dari penelitian yang sudah dikerjakan.
Selesai.
Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian yang dilakukan terdapat empat hal penting dari waste, yakni waste dari bekesting, pengecoran, pembesian dan pembongkaran bekisting terhadap presentase besar biaya. Variabel tersebut didasari pada kajian pustaka dan penelitian sebelumnya yang dihasilkan pada lapangan.
Jenis dan Sumber Data
Desain penelitian yang akan dilaksanakan Teknik perhimpunan data dalam penelitian yakni memberikan kuesioner untuk setiap kontraktor yang berikan secara langsung untuk bagian Project Manager, Site Manager, Quantity Surveyor, Pengawas Lapangan, Logistik dan Gudang dalam ruang lingkup di pekerjaan struktur dalam menghasilkan informasi mengenai persentase sisa material yang terdapat dalam setiap proyek. Perhimpunan data dilaksanakan dengan memakai statistik-parametrik, yakni data bebas sebaran (tidak terdapat syarat pada wujud sebaran barometer populasi, secara normal atau tidak).
Kuesioner pada penelitian ditata sesuai dengan kondisi yang terdapat pada lapangan yang memiliki kaitan pada sisa material, sementara itu terdapat berbagai pertanyaan mengenai pemicu sisa material. Respon dari responden memakai kuesioner untuk kelompok jawaban persentase dan alternatif tingkatan sering atau tidak sebuah peristiwa.
Pengedaran item pertanyaan atau kuesioner dilaksanakan dengan mengunjungi secara langsung berbagai pekerjaan pembangunan di DKI Jakarta. Sesudah observasi dilakukan, maka didapatkan sampel sebanyak 84 responden yang berada di 14 (empat belas) proyek yang berjalan di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Tanggerang peneliti langsung mengunjungi responden dan memberi penjelasan maksud untuk melaksanakan studi.
Data Penelitian
Data yang dipakai pada penelitian ialah data primer dan sekunder yang memakai teknin perhimpunan data kuesioner ataupun data yang didapat dari lembaga terkait dengan bahan pembangunan dalam sebuah pekerjaan. Data yang dihimpun memiliki dua macam, yakni:
Data primer
Yaitu data yang didapatkan secara langsung dari observasi dengan informan yang berkaitan pada pemakaian bahan dalam sebuah pembangungan. Data primer dibutuhkan dalam menghasilkan analisis yang berbentuk pandangan informan yang berhubungan pada variabel yang terdapat pada penelitian. Perhimpunan data dilakukan dengan memakai kuesioner.
Data sekunder
Yaitu data pembantu pada situs yang berhubungan dan buku-buku yang memiliki kaitan pada sisa material yang dipakai menjadi materi dalam mencukupi informasi dalam penelitian.
Instrumen dan Teknik Pengolaan Data
Instrumen penelitian merupakan sarana yang dipakai peneliti untuk memperoleh dan menyusun penelitian. Terdapat beberapa instrumen penelitian yang dipakai pada penelitian, yaitu:
Item Pertanyaan (Kuesioner)
Pengukuran data berbentuk persentasi material sisa yang terdapat pada sebuah pekerjaan pembangunan dan peninjauan item kuesioner. Data yang dihasilkan kemudian dibedakan dan disesuaikan pada studi terdahulu, sehingga memperoleh kebenaran yang lebih besar dan perhimpunan data lebih tepat. Penemuan yang didapatkan pada penelitian ini penting, dikarenakan menjadi alat dalam memastikan validitas atau memahami deviasi pada tinjauan pustaka dan bisa didapatkan wawasan kumulatif sehingga lebih memahami persoalan yang berhubungan pada sisa material dalam pekerjaan pembangunan.
Untuk menyusun pertanyaan kuesioner, itemnya didapatkan dari tinjauan pustaka dan beberapa yang menjadi dasar dalam studi terdahulu yang sudah diutarakan pada BAB III. Dalam kuesioner yang diberikan terbagi atas empat bentuk, yakni:
Kuesioner bagian I : Mencakup kata pengantar, profil data umum responden data data umum pekerjaan yang sementara dilakukan.
Kuesioner Bagian II : Mencakup sisa material (waste) dalam proyek pembangunan.
Kuesioner Bagian III : Mencakup persentase biaya sisa material (waste) pada pekerjaan struktur.
Responden
Dalam penelitian terdapat persyaratan individu yang bisa digunakan menjadi responden, yang mana persyaratan tersebut memiliki pengaruh dalam peneltian yang dihasilkan. Terdapat berbagai persyaratan yang bisa digunakan menjadi responden, yakni seseorang yang berkaitan pada pemakaian bahan dalam proyek pembangungan misalnya Project Manager, Site Manager, Quantity Surveyor, Pengawas Lapangan, Logistik dan Gudang. Sesudah kuesioner diberikan, maka diperoleh responden dengan project manager yaitu 14 (empat belas), site manager 14 (empat belas) orang, control engineering sebanyak 14 (empat belas) orang, logistik sebanyak 14 (empat belas) orang, serta gudang sebanyak 14 (empat belas) orang.
Hasil Tabulasi Data Kuesioner
Variabel Pekerjaan Bekisting (X1) Pekerjaan Pembesian (X2) Pekerjaan Pengecoran Beton (X3) Pekerjaan Pengecoran Beton (X3) Sum X1 Sum X2 Sum X3 Sum X4 Y1
No. Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator Indikator
Responden X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X4.1 X4.2 X4.3 X4.4
1 4 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 18 19 19 18 5
2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 15 15 15 15 4
3 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 5 18 18 19 19 5
4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 5 4 4 15 14 14 15 3
5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 16 16 16 16 3
6 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 4 4 3 3 14 14 13 12 2
7 4 3 4 4 5 4 5 2 4 4 4 2 4 4 3 4 15 16 17 18 3
8 4 2 2 4 4 3 4 2 4 4 4 2 3 3 4 3 12 12 13 15 2
9 4 3 3 4 4 4 4 2 5 5 2 4 4 4 4 4 14 14 15 16 3
10 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 5 5 2 2 5 11 11 11 12 2
11 4 2 2 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 4 3 4 12 12 13 15 2
12 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 4 3 5 4 4 4 14 14 14 15 3
13 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 14 16 16 16 3
14 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 15 15 16 15 2
15 4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 18 18 18 18 5
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 16 16 16 16 4
17 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 15 15 14 14 4
18 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 14 13 14 14 2
19 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 3 15 16 16 16 3
20 3 4 4 4 5 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 15 17 16 16 3
21 3 4 4 4 3 5 4 4 2 3 4 4 3 3 4 4 15 15 16 16 3
22 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 15 15 14 14 3
23 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 5 15 16 16 16 3
24 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 15 15 15 15 4
25 4 2 2 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 12 12 14 15 2
26 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 15 15 15 15 3
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 16 16 16 16 3
28 4 3 3 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 15 16 18 20 5
29 4 2 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 5 12 12 13 14 2
30 4 2 2 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 12 12 13 14 2
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 5 3 4 4 16 16 16 16 3
32 3 3 2 3 3 4 4 3 4 3 2 3 4 3 3 3 11 11 12 14 2
33 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 3 1 3 2 7 7 6 6 1
34 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 17 17 18 18 5
35 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 2 3 4 13 14 14 14 3
36 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 13 14 15 14 3
37 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 17 17 18 18 4
38 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 16 16 17 17 3
39 3 4 2 4 2 3 4 5 2 3 4 5 3 3 4 5 13 12 11 13 2
40 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 12 13 13 13 2
41 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 13 13 14 15 3
42 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 15 15 16 16 3
43 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 17 18 19 20 5
44 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 16 16 16 16 3
45 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 3 4 5 4 18 19 19 19 5
46 2 3 2 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 11 12 12 14 3
47 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 5 5 17 18 19 20 3
48 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 5 4 3 15 16 16 16 3
49 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 12 12 11 11 1
50 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 14 14 14 14 2
51 3 4 4 5 4 5 4 4 4 3 4 5 4 4 5 5 16 17 18 18 3
52 4 4 3 4 3 5 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 15 14 15 16 3
53 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 15 16 16 16 3
54 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 16 16 17 17 3
55 4 3 3 3 3 5 4 3 4 5 3 3 3 4 5 3 13 12 14 15 3
56 4 5 5 4 5 3 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 18 19 17 17 5
57 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 16 16 16 16 3
58 2 3 4 5 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 4 4 14 16 17 17 2
59 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 16 16 17 16 3
60 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 17 17 18 18 4
61 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 19 20 20 20 5
62 5 4 5 4 4 3 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 18 17 16 16 4
63 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 16 16 15 15 3
64 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 18 17 17 17 4
65 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 16 16 16 16 3
66 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 13 12 12 13 3
67 5 5 4 3 4 4 5 3 4 5 5 4 4 4 5 5 17 16 15 16 5
68 3 4 3 3 3 3 4 4 4 5 3 3 5 3 3 4 13 13 12 13 3
69 4 4 3 5 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 16 16 17 18 3
70 4 3 3 4 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 14 12 12 11 2
71 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 16 16 16 16 3
72 4 4 5 4 4 5 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 17 17 18 16 3
73 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 19 19 19 19 5
74 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 5 4 5 4 4 4 16 16 16 17 3
75 4 4 4 4 4 4 4 4 3 5 3 5 4 4 4 5 16 16 16 16 3
76 4 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 18 18 18 18 4
77 5 5 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 18 17 16 17 4
78 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 20 20 20 20 5
79 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 16 16 16 16 3
80 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 16 16 16 16 3
81 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 18 17 17 17 5
82 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 18 19 19 20 5
83 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 5 3 4 4 3 14 15 15 15 3
84 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 16 16 17 18 4
Keterangan
Pekerjaan Bekisting (X1) Pekerjaan Pembesian (X2)
X.1.1 Kesalahan yang dilakukan pekerja dalam pemotongan kayu X.2.1 Besi yang terlanjur terpotong tidak sesuai ukuran
X.1.2 Menggunakan material triplek dengan kualitas rendah X.2.2 Sisa pemotongan tidak dapat di gunakan
X.1.3 Pemotongan sisa bekisting bondek tidak digunakan X.2.3 Metode pemasangan yang kurang tepat
X.1.4 Pengawasan pemasangan bekisting kurang intensif X.2.4 Material berkarat akibat terlalu lama disimpan
Pekerjaan pengecoran Beton (X3) Pekerjaan Pembongkaran Bekisting (X4)
X.3.1 Semen,pasir dan kerikil tercecer, terbuang selama pembuatan adukan beton X.4.1 Material kayu dan triplek tidak awet untuk dipakai berulang-ulang kali
X.3.2 Kelebihan adukan beton dilapangan X.4.2 Sisa potongan bekisting bondek tidak dapat di pakai lagi
X.3.3 Ukuran batu split yang tidak sesuai spesifikasi X.4.3 Paku dan kawat bendrat yang sudah tidak bisa dipakai kembali karena proses pemakaian
X.3.4 Tidak merencanakan menggunakan material dengan baik X.4.4 Metode pembongkaran yang kurang tepat
Persentase peningkatan biaya proyek
Y Jika persentase peningkatan biaya
Kriteria Jawaban X1,X2,X3dan X4
Kriteria Jawaban Y
1 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Baik (Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran 2,13% s/d 2,85%)
2 Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Baik (Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran 1,64 % s/d 2,12%)
3 Netral (N) 3 Baik (Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran 1,29 % s/d 1,63%)
4 Setuju (S) 4 Sangat Baik (Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran 1,01% s/d 1,28%)
5 Sangat Setuju (SS) 5 Baik Sekali (Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran 0,34% s/d 1,00%)
Metode Analisis
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif ialah metode menganalisis data dengan mendeskripsikan data yang sudah terkumpul dari hasil respon kuesioner yang disebarkan untuk responden tanpa memiliki tujuan dalam membentuk kesimpulan yang berlaku secara umum.
Uji Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Dilaksanakan untuk menunjukkan kebenaran dari alat yang akan digunakan dalam penelitian. Arikunto mengatakan: “Validitas merupakan sebuah barometer yang memperlihatkan tingkatan kebenaran dan kredibilitas sebuah alat”. Penjelasan tersebut menunjukkan keefektifan dan keefisienan instrumen yang dipakai dalam menilai sebuah variabel.
Siregar menjelaskan keabsahan atau kebenaran memperlihatkan kemampuan instrumen bisa menilai apa yang seharusnya dinilai. Pengujian validitas dipakai dalam menilai benar atau berdasar sebuah kuesioner. Dalam penelitian dipakai untuk memahami apakah sebuah daftar sah atau tidak maka dapat dilaksanakan dengan membandingkan koefisien rhitung dengan rtabel pada degree of freedom (df) = n – 2, yang mana n merupakan total sampel. Sebuah daftar dikatakan benar apabila standar pengukurannya ialah:
Koefisien hubungan rhitung> rtabel
rtabel diamati pada α ; n – 2, dimana α = 0,5
Nilai sig ≤α dimana nilai α = 0,5
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 84 responden untuk melakukan uji coba valid atau tidaknya penyataan pada kuesioner. Peneliti melakukan pengujian menggunakan software IBM SPSS versi 21, dengan membandingkan angka valid jumlah item yang benar dalam setiap pernyataan pada r tabel.
Pengujian validitas bisa dilakukan dengan perbandingan pada rhitung pada masing-masing daftar pertanyaan yang membentuk masing-masing variabel pada rtabel. Nilai rtabel bisa didapatkan dari tingkatan kesalahan percobaan (α) = 5% dengan derajat kebebasan (d f) = n – 2 = 84 – 2 = 82 diperoleh nilai r-tabel = 0,214.
b. Uji Reliabilitas
Yaitu hubungan antara persoalan pada keyakinan yang dimiliki pada alat ukur. Sebuah alat bisa mempunyai level kebenaran yang bertingkat, apabila percobaan alat menghasilkan perolehan yang konstan.
Menurut Sugiono (2014:384) menjelaskan: “Reliabilitas instrumen merupakan sebuah alat ukur yang jika dipakai secara berulang dalam menilai objek yang sama, maka akan memperoleh data yang sama”. Penilaian yang dihasilkan mempunyai tingkatan kredibilitas yang bertingkat akan memberikan hasil yang bisa dipercaya. Kredibilitas yang rendah diketahui apabila sebuah nilai yang dikatakan keofisien reliabilitas instrumen. Apabila sebuah alat ukur digunakan dua kali dalam menilai penyebab yang sama dan pengukuran yang dihasilkan tetap, alat ukur tersebut reliabel.
Siregar menjelaskan kredibilitas bertujuan mencoba instrumen hanya satu kali, selanjutnya data yang dihasilkan pada analisis dengan teknis tertentu, yakni Alpha Cronbach yang bisa dipakai dalam menetapkan sebuah alat ukur reliabel atau tidak jika jawaban responden berbentuk rasio atau jawabannya berbentuk studi perilaku. Untuk pengujian reliabilitas kuesioner pada penelitian memakai rumus koefisien Alpha Cronbach, yakni:
Jika koefisien Alpha yang dihasilkan > nilai sig. 60% atau 0,6 maka kuesioner dikatakan reliable.
Jika koefisien Alpha yang dihasilkan < nilai sig. 60% atau 0,6 maka kuesioner dikatakan tidak reliable.
Rumus Reliabilitas Cronbach’s Alpha:
Keterangan:
ri : Reliabilitas instrument
k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas Data
Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi secara normal atau tidak. Peneliti melaksanakan penelitian pengujian normalitas dengan memakai signifikansi pada bagian Kolmogrov-Smirnov dimana Sig. > 0,05 memperlihatkan data distribusi secara normal dan penelitian dapat dilanjutkan, apa Sig. < 0,05 memperlihatkan data distribusi secara normal dan penelitian tidak bisa diteruskan.
Metode analisa data yang utama dilaksanakan yaitu pengujian normalitas data yang dilaksanakan untuk memahami data yang dipeproleh terdistribusi secara normal atau tidak. Sugiono menjelaskan “Jika yang didapatkan normal, maka memakai statistic parametric dan jika tidak terdistribusi secara normal memakai data statistic nonparametic”. Pengujian normalitas memakai Kolmogorov Smirnov dan program SPSS.
Dalam penelitian ini, informasi dan data-data yang sudah dikumpulkan akan dikerjakan dan diperiksa kembali dengan memakai data kuantitatif dengan pemakai skala likert yang didesain dalam memahami kuatnya suatu subjek setuju atau tidak setuju pada pertanyaan dalam skala S titik dengan susunannya, yaitu:
Sangat Tidak Setuju (STS)
Tidak Setuju (TS)
Netral (N)
Setuju (S)
Sangat Setuju (SS)
Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilaksankan untuk menilai model regresi yang didapatkan memiliki hubungan antara variabel independen. Model regresi yang baik tidak akan menyebabkan adanya hubungan pada variabel independen (tidak terjadi multikolinearitas). Tiap pengujian statistik yang dilaksanakan memiliki dasar dalam penentuan pertimbangan. Dasar penentuan pertimbangan dalam pengujian multikolinearitas bisa dilaksanakan menggunakan dua metode, yakni:
Apabila nilai toleransi > 0,10 maka tidak terjadi multikolinearitas.
Apabila nilai toleransi < 0,10 maka terjadi multikolinearitas.
Berdasarkan nilai VIF (Variance Inflation Factor):
Apabila nilai VIF < 10,00 maka tidak terjadi multikolinearitas
Apabila nilai VIF > 10,00 maka terjadi multikolinearitas
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan kondisi yang mana terdapat ketidaksesuaian bentuk dan residual dalam model regresi. Apabila bentuk dan residual pada satu pengujian ke pengujian lainnya konstan, maka dikatakan heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dilaksanakan untuk memahami model regresi terdapat ketidaksesuaian bantuk dan residual sebuah pengujian ke pengujian yang lain. Dalam mengamati terdapat atau tidak persoalan heteroskedastisitas bisa dilaksanakan dengan mengamati adanya bentuk tertentu dalam bagan scatterplot antara SRESID dan ZPRED, yang mana sumbu Y merupakan residual dan sumbu X yang sudah diperkirakan. Jika mempunyai bentuk tertentu secara konstan dalam bagan scatterplot, maka adanya gejala heteroskedastisitas. Jika jika memiliki bentuk yang jelas, maka tidak ada heteroskedastisitas.
Uji Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi merupakan angka yang memperlihatkan kemampuan korelasi terhadap dua variabel. Koefisien korelasi umumnya bersimbol huruf r yang mana angka r bisa berbeda dari -1 hungga +1. Angka r yang mengarah pada -1 atau +1 memperlihatkan korelasi yang besar terhadap dua variabel dan nilai r yang mengarah pada 0 memperlihatkan rendahnya korelasi terhadap dua variabel tersebut. Sementara tanda + (positif) dan – (negatif) menginformasikan terkait arah korelasi pada dua variabel. Apabila angkanya + (positif) maka dua variabel mempunyai korelasi yang searah. Maka peningkatan X akan sama dengan peningkatan Y dan sebaliknya. Apabila angkanya – (negatif) berarti hubungan terhadap dua variabel memiliki sifat yang berbeda. Peningkatan angka X akan bersamaan dengan penurunan Y.
Tabel 3.2. Interval Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Interprestasi
0 – 0,199 Sangat lemah
0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Cukup
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat
Uji Koefisien Determinasi
Imam Ghozali menjelaskan, koefisien determinasi berfokus menilai tingkat kemampuan suatu model untuk menjelaskan jenis variabel terikat.
KD = R2x 100%
Dimana:
KD = Koefisien determinasi
R2 = Kuadrat dan korelasi ganda
Kekurangan pada pemakaian determinasi ialah bisa biasa pada total variabel terikat yang dimasukkan pada model. Tiap penambahan variabel bebas, maka nilai R2 akan naik, tidak peduli apakah variabel itu memiliki pengaruh secara bermakna pada variabel terikat maupun tidak, sehingga beberap peneliti menyarankan untuk nilai “adjusted” R2 bisa bertambah atau berkurang sesuai dengan signifikansi variabel bebas.
Pengujian Hipotesa
1. Uji T
Pengujian t dilaksanakan untuk memperlihatkan sejauh mana pengaruh satu variabel bebas dengan sendiri untuk menjelaskan bentuk variabel terikat. Mentapkan rasio nyata (α) = 0,1 dengan df (derajat bebas) = n-k-1 maka t-tabel = (α; n-k-1)
Keterangan:
n = Jumlah sampel
k = Jumlah variabel bebas
Suharyadi dan Purwanto menjelaskan beberapa tahapan pengujian t dan parsial, yaitu:
Rumus Hipotesis
H0 = B1 = 0 Ha = B1 ≠ 0
H0 = B1 = 0 Ha = B2 ≠ 0
Menetapkan wilayah kritis
Wilayah kritis ditetapkan dari nilai t-tabel untuk tingkatan bebas n-k dan rasio nyata α
Menetapkan nilai t-hitung
Menggunakan rumus:
t-hitung = (b-B)/Sb
Dimana:
t-hitung = besarnya t-hitung
b = koefisen regresi
Sb = standar eror
Menetapkan wilayah penentuan
Wilayah penentuan untuk menerima H0 atau menerima Ha
Memutuskan hipotesis
H0 : Diterima jika thitung ≤ ttabel
Ha : Diterima jika thitung ≥ ttabel
2. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui setiap variabel independen memiliki pengaruh secara signifikan pada variabel dependen dengan bersamaan pada α = 0,05.
F hitung = R2 (k – 1)
(1 – R2) / (N – k)
Dimana :
F = Pendekatan distribusi probabilitas fischer
R = Koefisien korelasi berganda
K = Jumlah variabel bebas
N = Banyaknya sampel
Ftabel = F (1- α) (dbA,dbD
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dari pengumpulan data responden dengan kuesioner yang sudah disusun mengenai sisa materian dalam lampiran 1-4, yakni terdapat data pribadi responden sisa material (waste) pada proyek struktur, persentase peningkatan biaya konstruksi. Data responden diperlukan sejumlah 84 responden untuk mencukupi persyaratan analisis uji statistik.
4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif
Data responden meliputi berbagai data deskriktif yang ada pada kuesioner, yakni: identitas responden, nomor telepon/hp/email, umur responden, pendidikan terkahir responden, pengalaman kerja responden, total pekerjaan yang telah dilaksanakan responden.
Data responden yang dikumpulkan bertujuan untuk menjelaskan responden, identitas pada data membantu untuk mengetahui dan memeriksa mengenai pengaruh sisa material (waste) terhadap persentase peningkatan biaya konstruksi gedung bertingkat rendah dan memperlihatkan tingkatan akurasi dan terampil pada responden yang terpilih.
4.1.2 Usia Responden
Dalam mengindentifikasi responden sesuai dengan usia diperoleh 84 responden dengan kisaran umur 20-30 yaitu 1 responden (1,19%), umur 31-40 yaitu 43 responden (51,20%), umur 41-5- yaitu 38 responden (45,23%), dan umur >50 yaitu 2 responden (2,38%). Dapat diamati dalam tabel gambar dibawah.
Tabel 4.1 Rekap Jumlah Umur Responden
No
Umur
Jumlah
Responden
Persen
1
1 20 s/d 30 1
1 1,19
2
2 31 s/d 40 43
43
51,20
3
3 40 s/d 50 38
45,23
4 > 50 2 2,38
Gambar 4.1 Diagram Persentase Umur Responden
4.1.3 Pendidikan Responden
Pada pendidikan terakhir setiap responden diperoleh pendidikan S2 terdapat 5 responden (5,95 %), pendidikan S1 terdapat 47 responden (55,95 %), pendidikan D3 terdapat 19 responden (22,62 %). Pada pendidikan SMA/SMK Sederajat terdapat 13 responden (15,48 %).
Bisa dipahami responden yang mempunyai pendidikan Sarjana hampir mendekati dari total responden, sehingga dipahami mutu responden sangat baik dan infromasi yang diberikan juga kredibel.
Tabel 4.2 Rekap Tingkat Pendidikan Responden
No
Pendidikan
Jumlah
Responden Presentase
1 (SMA/ SMK sederajat )
13 15,48
2 (D3)
19 22,62
3 (S1)
47 55, 95
4 (S2/S3)
5 5,95
Gambar 4.2 Diagram Persentase Pendidikan Responden
4.1.4 Pengalaman Kerja Responden
Dari pengalaman kerja yang dapat diamati dalam gambar 3 dibawah, bisa dipahami bahwa pengalaman kerja diantara 15 sampai 20 tahun lebih mendominasi, data ini berdasarkan data total umur responden yang masih dikategori produktif. Pengalaman kerja kurang dari 5 tahun terdapat 1 (1,19 %), pengalaman kerja 5-10 tahun terdapat 16 (19, 05%), pengalaman kerja 10-15 tahun terdapat 26 (30,95%), pengalaman kerja 15-20 terdapat 34 (40,48%), serta pengalaman kerja lebih 20 tahun terdapat 7 (8,33%). Informasi terkait pengalaman kerja bisa membantu pengerjaan penelitian.
Tabel 4.3 Rekap Tingkat Pengalaman Kerja Responden
No Pengalaman kerja Jumlah
Responden Presentase
1 ( < 5) 1 1,19
2 (5 s/d 10) 16 19,05
3 (10 s/d 15) 26 30,95
4 (15 s/d 20) 34 40,48
5 (< 20) 7 8,33
Gambar 4.3 Diagram Pengalaman Kerja Responden
4.1.5 Jumlah Proyek yang Sudah Dikerjakan Responden
Tingkat akurasi responden dalam memberikan informasi sesuai dengan total proyek yang sudah dilaksanakan, banyaknya pekerjaan yang dilaksanakan memperlihatkan pengalaman yang didapatkan juga banyak saat dilapangan. Dalam Gambar 4, responden untuk total proyek yang telah dilakukan kurang dari 5 tidak ada, sedangkan untuk total proyek 5-10 terdapat 14 (41,67%), total proyek 11-15 terdapat 35 (41,67 %), total proyek 16-20 terdapat 31 (36,90 %) serta lebih 20 proyek terdapat 4 (4,77 %).
Tabel 4.4 Rekapan Jumlah Proyek yang sudah Dikerjakan Responden
No Jumlah Proyek yang sudah dikerjakan Jumlah
Responden Presentase
1 ( < 5) - -
2 (5 s/d 10) 14 16,66
3 (11 s/d 15) 35 41,67
4 (16 s/d 20) 31 36,90
5 ( > 20) 4 4,77
Gambar 4.4 Diagram Persentase Jumlah Proyek yang Sudah Dikerjakan Responden
4.1.6 Jabatan Responden
Dalam segi jabatan responden yang diperoleh memiliki berbagai macam jabatan pekerjaan, keseluruhan posisi tersebut memiliki hubungan pada sisa material proyek struktur konstruksi bangunan gedung. Bisa diamati dalam Gambar 5, yang mana untuk posisi Project Manager terdapat 14 untuk presentase X%, Site Manager sebanyak 14 dengan presentase X%, Quantity Surveyor sebanyak 14 dengan presentase X%, Pengawas Lapangan sebanyak 14 dengan presentase X%, Logistik sebanyak 14 dengan presentase X%, serta Gudang sebanyak 14 dengan presentase X%.
Sesuai deskripsi di atas, bisa dipahami bahwa jabatan memiliki hubungan pada kategori responden, bisa dinyatakan bahwa setiap responden memberikan informasi yang berkualitas untuk penelitian yang dilakukan.
Tabel 4.5 Rekapan Jabatan Responden
NO
Jabatan Jumlah
Responden
1 Project Manager
14
2 Site Manager
14
3 Quantity Surveyor
14
4 Pengawas Lapangan
14
5 Logistik
14
6 Gudang 14
Gambar 4.5 Diagram Jabatan Responden
Deskripsi Data Penelitian
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif data penelitian dipakai dalam memahami ciri setiap variabel bekisting (X1), pembesian (X2), pengecoran (X3), pembongkaran bekisting (X4) dan peningkatan biaya (Y) yang termasuk nilai rerata data, nilai terkecil, nilai tertinggi serta standarisasi penyimpangan ditunjukkan dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Variabel X dan Y
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Bekisting 84 7 20 15.18 2.229
Pembesian 84 7 20 15.69 2.271
Pengecoran 84 7 20 15.40 2.118
Pembongkaran Bekisting 84 8 20 15.87 2.291
Peningkatan Biaya 84 1 5 3.24 1.037
Valid N (listwise) 84
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 20211
Dari tabel 4.6. variabel pekerjaan bekisting memiliki nilai terendah 7 dan nilai tertinggi yaitu 20, rerata yaitu 15,18, dan standarisasi penyimpangan yaitu 2,229. Variabel pekerjaan pembesian memiliki nilai terendah 7 dan nilai tertinggi yaitu 20, rerata yaitu 15,69, serta standarisasi penyimpangan yaitu 2,271. Variabel pekerjaan pengecoran memiliki nilai terendah 7 dan nilai tertinggi yaitu 20, rerata yaitu 15,40, serta standarisasi penyimpangan yaitu 2,118. Variabel pekerjaan pembongkaran bekisting memiliki nilai terendah 8 dan nilai tertinggi yaitu 20, rerata yaitu 15,87, serta standarisasi penyimpangan yaitu 2,291. Variabel peningkatan biaya memiliki nilai terendah 1 dan nilai tertinggi yaitu 5, rerata yaitu 3,24, serta standarisasi penyimpangan yaitu 1,037.
Pengujian Keabsahan Data
4.3.1 Uji Validitas
Pengujian validitas dengan menjadikan kuesioner sebagai alat ukur dilaksanakan untuk memahami kuesioner merupakan alat ukur yang mempunyai kebenaran yang tinggi untuk digunakan dalam penelitian. Perhitungan yang dihasilkan pada uji validitas untuk masing-masing item pernyataan pada variabel bekisting (X1), pembesian (X2), pengecoran (X3), pembongkaran bekisting (X4) serta peningkatan biaya (Y) sesuai dengan hasil yang diperoleh SPSS diperlihatkan dalam tabel berikut.
Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Bekisting (X1)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
X1.1 11.44 3.406 .400 .717
X1.2 11.40 2.798 .618 .588
X1.3 11.46 2.420 .678 .539
X1.4 11.23 3.599 .357 .736
Sumber : Hasil Pengujian SPSS, 2021
Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Pembesian (X2)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
X2.1 11.81 3.264 .552 .702
X2.2 11.68 2.920 .566 .696
X2.3 11.68 2.992 .661 .643
X2.4 11.90 3.364 .452 .754
Sumber : Hasil Pengujian SPSS, 2021
Tabel 4.9 Uji Validitas Variabel Pengecoran (X3)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
X3.1 11.61 2.747 .484 .567
X3.2 11.46 2.782 .519 .547
X3.3 11.54 2.758 .440 .597
X3.4 11.61 2.940 .342 .665
Sumber : Hasil Pengujian SPSS, 2021
Tabel 4.10 Uji Validitas Variabel Pembongkaran Bekisting (X4)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
X4.1 11.98 3.421 .443 .762
X4.2 12.01 2.783 .650 .646
X4.3 11.81 3.192 .601 .679
X4.4 11.81 3.361 .544 .709
Sumber : Hasil Pengujian SPSS, 2021
Dalam mengukur kebenaran atau tidaknya sebuah data bisa ditetapkan untuk nilai r-tabel dengan total responden yaitu 84 orang dan tingkat signifikansi 5% diperoleh nilai rtabel = 0,214. Dalam memperoleh rhitung setiap item bisa diamati dalam kolom Corrected Item Total Correlation.
Apabila rhitung > r Tabel, maka item atau variabel dikatakan valid.
Apabila rhitung < r Tabel, maka item atau variabel dikatakan tidak valid.
Dari pengujian validitas yang dihasilkan pada setiap item pernyataan variabel bekisting (X1), pembesian (X2), pengecoran (X3), pembongkaran bekisting (X4) dalam Tabel 4.2, 4.3, 4.4 serta 4.5 didapatkan seluruh item pernyataan dikatakan valid, pada perhitungan memakai SPSS dihasilkan seluruh rhitung > rTabel (0,214). Berdasarkan hasil uji validitas diperoleh bahwa keempat variabel datanya valid semua, maka data tersebut bisa diteruskan dalam melaksanakan penelitian. Sedangkan untuk variabel Y tidak dapat diuji validitas dan reliabelitasnya dengan SPSS karena hanya memiliki satu (1) item pernyataan.
4.3.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas alat ukur variabel bekisting (X1), pembesian (X2), pengecoran (X3), pembongkaran bekisting (X4) dilakukan dengan SPSS Ver 21 memakai rumus Cronbach Alpha, untuk ketetapan:
Jika nilai koefisien reliabilitas (r) > 0,60, maka alat ukur variabel dikatakan reliabel.
Jika nilai koefisien reliabilitas (r) < 0,60. maka alat ukur variabel dikatakan kurang reliabel.
Pengujian reliabilitas alat ukur memakai formula Cronbach Alpha dalam rasio Sig. 0,05 dan n = 51. Reliabilitas alat ukur yang dianalisis yaitu setiap item dalam masing-masing variabel. Perhitungan yang dihasilkan dari pengujian reliabilitas didapatkan dari software SPSS dan diperlihatkan dalam Tabel 4.6
Tabel 4.11 Ringkasan Uji Reliabilitas Variabel X dan Y
No Variabel Cronbach's Alpha
1 Pekerjaan Bekisting 0,719
2 Pekerjaan Pembesian 0,757
3 Pekerjaan Pengecoran 0,662
4 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting 0,759
Sumber: Hasil Pengujian SPSS, 2021
Sesuai dengan perhitungan yang dihasilkan seluruh variabel mempunyai nilai koefisien reliabilitas (r) > 0,60 sehingga seluruh variabel penelitian bisa dinilai mempunyai kedudukan yang reliabel.
4.3.3 Uji Normalitas Data
Pengujian ini dilaksanakan untuk memahami suatu model regresi, variabel dependen (bekisting, pembesian, pengecoran, pembongkaran bekisting), variabel independent (peningkatan biaya) atau keduanya terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik ialah data terdistribusi secara normal atau hampir normal. Pengujian normalitas diperlihatkan dalam gambar 4.6.
Gambar 4.6 Uji Normalitas Data
Santoso (2010: 213) menjelaskan, dasar penentuan pertimbangan uji normalitas apabila :
Data tersebar pada area diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Data tersebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Pada Gambar 4.6. terdapat titik-titik yang tersebar pada area garis diagonal dan sepanjang diagonal. Oleh karena itu, model regresi memenuhi asumsi normalitas dan cocok untuk menyelidiki variabel peningkatan biaya konstruksi (Y) berdasarkan masukan variabel bekisting (X1), pembesian (X2), pengecoran (X3), pembongkaran bekisting (X4).
4.4 Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas merupakan kondisi bahwa variabel X (independen) berhubungan satu sama lain. Apabila terjadi multikolinearitas antar variabel independen dari persamaan regresi berganda, maka variabel multikolinearitas tidak menginformasikan apapun tentang variabel tersebut. Sehingga, persamaan regresi berganda yang baik ialah persamaan yang tidak terdapat multikolinearitas antar variabel independen. Pengujian multikolinieritas memakai nilai VIF (Variance Inflation Factor).
Tabel 4.12 Uji Multikolinearitas (Coefficient Correlations)
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Bekisting .265 3.781
Pembesian .168 5.943
Pengecoran .187 5.348
Pembongkaran Bekisting .268 3.735
a. Dependent Variable: Peningkatan Biaya
Sumber: Hasil Pengujian SPSS, 2021
Sesuai dengan tabel di atas bisa diamati adanya masalah multikolinieritas atau tidak dalam variabel yang dikaji.
Dasar penentuan pertimbangan ialah nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan toleransi. Petunjuk model regresi yang bebas multikolinieritas yaitu :
Memiliki nilai VIF < 10.
Memiliki nilai toleransi > 0,10.
Dari tabel di atas pada bagian COEFFICIENT bisa diamati untuk ketiga variabel independen, terdapat nilai VIF < 10 (X1 = 3,781, X2 = 5,943, X3 = 5,348 dan X4 = 3,735). Begitupun terdapat nilai toleransi > 0,10 (X1 = 0,265, X2 = 0,168, X4 = 0,187 dan X4 = 0,268). Maka kesimpulannya, model regresi tidak memiliki masalah multikolinieritas dari nilai VIF ataupun nilai hubungan antara variabel.
Uji Heterokedastisitas
Bertujuan untuk menilai apakah terdapat bentuk yang tidak sama pada residual dari satu pengujian ke pengujian lainnya dalam model regresi. Apabila bentuk residual dari satu pengujian ke pengujian lainnya konstan, dikatakan homoskedastisitas. Apabila bentuk tidak sama, dikatakan heteroskedastisitas. Sementara, model regresi yang baik tidak memiliki heteroskedastisitas. Berikut disajikan uji Heteroskedastisitas untuk keempat variabel memakai software SPSS dengan bentuk bagan dalam Gambar 4.7 berikut.
Gambar 4.7 Pengujian Heterokedastisitas
Dasar penentuan pertimbangan:
Apabila terdapat pola tertentu, misalnya titik-titik yang ada membentuk pola yang konstan tertentu (bentuk gelombang, meluas, lalu mengecil), maka ada heteroskedastisitas yang terjadi.
Apabila tidak terdapat pola yang jelas dan titik-titik tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan heteroskedastisitas tidak terjadi.
Berdasarkan bagan diatas, terdapat titik-titik tersebar dengan acak, tidak membentuk suatu pola tertentu dan menyebar dengan baik diatas ataupun dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Berdasarkan grafik di atas, terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak mambentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga Heteroskedastisitas tidak terjadi pada model regresi, sehingga model regresi bisa digunakan dalam memperkirakan variabel peningkatan biaya konstruksi (Y) sesuai dengan masukan variabel bekisting (X1), pembesian (X2), pengecoran (X3), pembongkaran bekisting (X4).
Analisis Data
4.5.1 Analisis Persamaan Regresi Berganda
Dari perhitungan yang dihasilkan pada penyusunan data SPSS dan dijelaskan terkait persamaan regresi berganda yang terdapat dalam tabel 4.13.
Tabel 4.13 Output Persamaan Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.686 .405 -9.106 .000
Bekisting (X1) .104 .046 .224 2.245 .028
Pembesian (X2) .122 .057 .267 2.137 .036
Pengecoran (X3) .129 .058 .263 2.223 .029
Pembongkaran Bekisting (X4) .091 .045 .201 2.031 .046
a. Dependent Variable: Peningkatan Biaya Y
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2021
Dari nilai koefisien regresi yang yang di tampilkan pada table di atas, disusun model persamaan regresi, yaitu:
Y = -3,686 + 0,104 X1 + 0,122X2+ 0,129X3 + 0,091X4
Interpretasi persamaan regresi liner berganda diatas adalah:
Persamaan matematika diatas menunjukan bahwa variabel Y sebagai variabel yang menunjukan peningkatan biaya konstruksi proyek sangat di pengaruhi oleh variabel X1(bekesting), X2(pembesian), X3(pengecoran), X4(pembongkaran bekisting) persamaan tersebut menggambarkan terjadinya “trend” atas persepsi responden pada setiap pernyataan yang ada di penelitian ini. Trend ini menunjukkan kearah positif yang di mulai dengan angkat konstant sebesar -3,686.
Nilai koefisien regresi variabel X1 bekisting yaitu 0,104. Hasil tersebut menunjukan bekisting berkonstribusi positif terhadap peningkatan biaya artinya jika variabel independen bekisting X1 naik sebanyak 1% untuk asumsi variabel sementara independen yang lain bernilai konstanta (a) yaitu 0 (nol), maka persentase peningkatan biaya konstruksi semakin meningkat sebanyak 0,104.
Nilai koefisien regresi variabel X2 pembesian adalah 0,122. Hasil tersebut menunjukan bahwa pembesian berkonstribusi positif terhadap peningkatan biaya yang berarti apabila variabel independen pembesian X2 naik sebanyak 1% dengan asumsi variabel sementara independen yang lainnya bernilai konstanta (a) yaitu 0 (nol), maka persentase peningkatan biaya konstruksi semakin naik sebanyak 0,122.
Nilai koefisien regresi variabel X3 pengecoran adalah 0,129. hasil ini menunjukan bahwa pengecoran berkonstribusi positif terhadap peningkatan biaya yang berarti apabila variabel independen pengecoran X3 naik sebanyak 1% dengan asumsi variabel sementara independen yang lainnya bernilai konstanta (a) yaitu 0 (nol), maka persentase peningkatan biaya konstruksi semakin naik sebanyak 0,129.
Nilai koefisien regresi variabel X4 pembongkaran bekisting adalah 0,091. hasil ini menunjukan bahwa pengecoran berkonstribusi positif terhadap peningkatan biaya artinya jika variabel independen pembongkaran bekisting X4 naik sebanyak 1% dengan asumsi variabel sementara independen yang lainnya bernilai konstanta (a) yaitu 0 (nol), maka persentase peningkatan biaya konstruksi semakin meningkat sebesar 0,091.
4.5.2 Analisis Korelasi Berganda (R)
Korelasi memperlihatkan keterkaitan terhadap variabel X dan Y atau d keterkaitan variabel bekisting, pembesian, pengecoran, pembongkaran bekisting dengan variabel peningkatan biaya. Hasil korelasi berganda disajikan pada tabel 4.14.
Tabel 4.14 Output Korelasi Berganda (R)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .890a .793 .782 .484
a. Predictors: (Constant), Pembongkaran Bekisting (X4), Bekisting (X1), Pengecoran (X3), Pembesian (X2)
b. Dependent Variable: Peningkatan Biaya Y
Sesuai dengan penyusunan data yang dihasilkan, bisa diamati bahwa point Mutipple R adalah 0,890, maka hubungan antara variabel promosi, mutu layanan serta kenyamanan tempat pada pertimbangan pembelian ialah 0,890. Nilai korelasi sebanyak 0,890 memperlihatkan korelasi pada bekisting (X1), pembesian (X2), pengecoran (X3), pembongkaran bekisting (X4), dengan variabel peningkatan biaya yaitu kuat dan bermakna atau R hampir mencapai +1.
4.5.3 R Square (Koefisien Determinasi)
Dikarenakan perhitungan statistik mempunyai variabel independen melebihi dua, maka perlu memakai Adjusted R Square. Keluaran tatistik regresi liner berganda yang dihasilkan dalam penelitian ini diperoleh nilai 0,782 sehingga peranan yang diberikan variabel bekisting(X1), pembesian(X2), pengecoran(X3), pembongkaran bekisting(X4) terhadap variabel peningkatan biaya sebesar 78,2% sementara 21,8% dipengaruhi dari faktor yang tidak terdapat dalam penelitian.
Pengujian Hipotesis
Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk memeriksa signifikansi korelasi terhadap setiap variabel X dan Y.
Uji ”t”
Hipotesis
Hipotesis pada kasus Uji t-Tes ialah:
HO : by1 = 0, Tidak terdapat pengaruh terhadap variabel X1 pada variabel Y.
H1 : by1 0, Terdapat pengaruh terhadap variabel X1 pada variabel Y.
HO : by2 = 0, Tidak terdapat pengaruh terhadap variabel X2 pada variabel Y.
H1 : by2 0, Terdapat pengaruh terhadap variabel X2 pada variabel Y.
HO : by3 = 0, Tidak terdapat pengaruh terhadap variabel X3 pada variabel Y.
H1 : by3 0, Terdapat pengaruh terhadap variabel X3 pada variabel Y.
HO : by4 = 0, Tidak terdapat pengaruh terhadap variabel X4 pada variabel Y.
H1 : by4 0, Terdapat pengaruh terhadap variabel X4 pada variabel Y.
Menetapkan tTabel dan thitung
Tingkatan Sig. yaitu 5% ( = 0,05)
Degree of freedom (df) = (n-p-1)
Dimana : n = total data, p = total variabel independen (X) sehingga
(df) = 84-4-1 = 79 dan untuk t (0,05:79) pada tTabel diperoleh nilai 1,99.
Tabel 4.15 Output Uji “t”
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -3.686 .405 -9.106 .000
Bekisting (X1) .104 .046 .224 2.245 .028
Pembesian (X2) .122 .057 .267 2.137 .036
Pengecoran (X3) .129 .058 .263 2.223 .029
Pembongkaran Bekisting (X4) .091 .045 .201 2.031 .046
a. Dependent Variable: Peningkatan Biaya Y
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS, 2021
Untuk perbandingan ttabel dan thitung :
Apabila thitung > ttabel, maka Ho tolak
Apabila thitung < ttabel, maka Ho diterima
Pada tabel di atas bisa diamati bahwa nilai variabel bekisting (2,245) > ttabel (1,99) maka variabel bekisting berpengaruh secara signifikan pada peningkatan biaya konstruksi, variabel pembesian (2,137) > ttabel (1,99) maka variabel pembesian berpengaruh secara signifikan pada peningkatan biaya konstruksi, variabel pengecoran (2,223) > ttabel (1,99) maka variabel pengecoran berpengaruh secara signifikan pada peningkatan biaya konstruksi, variabel pembongkaran bekisting (2,031) > ttabel (1,99) maka variabel pembongkaran bekisting berpengaruh secara signifikan pada peningkatan biaya konstruksi.
Sesuai dengan tabel diatas bisa diamati bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh pada peningkatan biaya konstruksi adalah variabel pekerjaan bekisting. Dalam hal ini berarti sisa material (waste) untuk variabel pekerjaan bekisting lebih banyak dibandingkan dengan variabel lain.
Uji Kesesuaian Keseluruhan (Uji F)
Pengujian secara simultan (bersamaan) dua variabel independen X pada variabel dependen Y dilaksanakan dengan pengujian F, yakni dengan proses:
Hipotesis :
Hipotesis penyajian kasus uji-F ialah:
Ho : by1234 = 0, yang berarti variabel X tidak berpengaruh pada variabel Y secara simultan.
H1 : by1234 0, yang berarti variabel X berpengaruh pada variabel Y secara simultan.
b. Menetapkan Ftabel dan Fhitung
Taraf Sig. yaitu 5% ( = 0,05) degree of freedom : untuk keluaran SPSS dalam bagian ANOVA dan kolom df : dihasilkan numerator = 4 dan denumerator = 79, maka Ftabel untuk F(0,05:4:79) diperoleh + 2,487.
Tabel 4.16 Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 70.729 4 17.682 75.472 .000a
Residual 18.509 79 .234
Total 89.238 83
a. Predictors: (Constant), Pembongkaran Bekisting, Bekisting, Pengecoran, Pembesian
b. Dependent Variable: Peningkatan Biaya
Keluaran SPSS yang dihasilkan dalam kolom F diperoleh Fhitung yaitu 75,472.
c. Perbandingan pada Ftabel dan Fhitung
Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho tolak
Apabila Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima
Sesuai dengan tabel diatas dihasilkan Fhitung (75,472) > Ftabel (2,487), maka Ho ditolak atau H1 diterima, artinya variabel bekisting, pembesian, pengecoran dan pembongkaran bekisting secara simultan memiliki pengaruh pada peningkatan biaya konstruksi.
Pembahasan Hasil Penelitian
Dari analisis yang dihasilkan, selanjutkan akan dibahas terkait penelitian dihasilkan dan didefinisikan menjadi:
Sisa material (waste) dari pekerjaan struktur gedung bertingkat rendah yang memiliki dampak peningkatan biaya di proyek konstruksi gedung bertingkat rendah di Jakarta terdiri dari pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian, pekerjaan pengecoran dan pekerjaan pembongkaran bekisting.
Sisa material (waste) dari pekerjaan bekisting disebabkan oleh kesalahan yang dilakukan pekerja daalam pemotongan kayu, menggunakan material triplek dengan kualitas rendah, pemotongan sisa bekisting bondek tidak digunakan, pengawasan pemasangan bekisting kurang intensif.
Sisa material (waste) dari pekerjaan pembesian disebabkan oleh besi yang terlanjur terpotong tidak sesuai ukuran, sisa pemotongan tidak bisa dipakai, teknik pemasangan yang tidak sesuai, material berkarat akibat terlalu lama disimpan.
Sisa material (waste) dari pekerjaan pengecoran disebabkan oleh material semen, pasir dan kerikil tercecer, tebuang selama pembuatan adukan beton, kelebihan adukan beton dilapangan, ukuran batu split yang tidak sesuai spesifikasi, serta tidak merencanakan menggunakan material dengan baik.
Sisa material (waste) dari pekerjaan pembongkaran bekisting disebabkan oleh material kayu dan triplek tidak awet untuk dipakai berulang-ulang kali, sisa potongan bekisting bondek tidak daapat dipakai lagi, paku dan kawaat bendrat yang sudah tidak bias dipakai kembali karena proses pemakaian dan metode pembongkaran yang kurang tepat (sesuai yg terjadi di lapangan).
Penelitian yang dihasilkan sejalan dengan studi yang dilaksanakan oleh Liman Kelvin dan Hendrik Sulistio (2020), Putu I Gusti, Suartika Adi, Putra, G A. P. Candra Dharmayanti, & A. A. Diah Parami Dewi (2018), Sudiro Rizky dan Albani Musyafa (2018) yang menyatakan bahwa sisa material (waste) sering terjadi pada pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian sehingga mempengaruhi peningkatan biaya proyek.
Penelitian yang dihasilkan sejalan dengan studi yang dilaksanakan oleh Pertiwi, Mas IGAI., Fajar, Surya Herlambang, dan Wayan, Sri Kristinayanti (2019) menyatakan bahwa sisa material yang dominan mempengaruhi peningkatan biaya adalah pekerjaan pembesian.
Penelitian yang dihasilkan sejalan dengan studi yang dilaksanakan oleh Thoengsal James, Rusdi Usman Latief, Suharman Hamzah dan Irwan Ridwan Rahim (2019) menyatakan bahwa sisa material proyek dapat meningkatkan biaya proyek.
Berdasarkan hasil uji t diperoleh pekerjaan bekisting sebesar 2,245, pembesian sebesar 2,137, pengecoran sebesar 2,223 dan pembongkaran bekisting sebesar 2,031. Variabel yang paling banyak memiliki pengaruh pada peningkatan biaya konstruksi adalah variabel pekerjaan bekisting.
Berdasarkan data peningkatan biaya konstruksi dihasilkan rerata yaitu 3,24. Sehingga peningkatan biaya konstruksi termasuk dalam kategori yang masih baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dan pembahasan pada bab-bab sebelum dihasilkan kesimpulan, yaitu:
Sisa material (waste) dari pekerjaan struktur gedung bertingkat rendah yang memiliki dampak peningkatan biaya di proyek konstruksi gedung bertingkat rendah di Jakarta terdiri dari pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian, pekerjaan pengecoran dan pekerjaan pembongkaran bekisting.
Variabel bekisting, pembesian, pengecoran dan pembongkaran bekisting berpengaruh terhadap peningkatan biaya konstruksi. Sedangkan variabel yang paling banyak memiliki pengaruh pada peningkatan anggaran pembangunan adalah variabel pekerjaan bekisting.
Persamaan matematika diatas menunjukan bahwa variabel Y sebagai variabel yang menunjukan peningkatan biaya konstruksi proyek sangat di pengaruhi oleh variabel X1(bekesting), X2(pembesian), X3(pengecoran), X4(pembongkaran bekisting) persamaan tersebut menggambarkan terjadinya “trend” atas persepsi responden pada setiap pernyataan yang ada di penelitian ini. Trend ini menunjukkan kearah positif yang di mulai dengan angkat konstant sebesar -3,686.
Nilai koefisien regresi variabel X1 bekisting adalah 0,104. hasil ini menunjukan bahwa bekisting berkonstribusi positif terhadap peningkatan biaya artinya jika variabel independen bekisting X1 naik sebanyak 1% dengan asumsi variabel, sementara independen yang lain bernilai konstanta (a) yaitu 0 (nol), maka persentase peningkatan biaya konstruksi semakin naik sebanyak 0,104.
Nilai koefisien regresi variabel X2 pembesian adalah 0,122. hasil ini menunjukan bahwa pembesian berkonstribusi positif terhadap peningkatan biaya yang berarti apabila variabel independen pembesian X2 naik sebanyak 1% dengan asumsi variabel, sementara independen yang lainnya bernilai konstanta (a) adalah 0 (nol), maka persentase peningkatan biaya konstruksi semakin meningkat sebesar 0,122.
Nilai koefisien regresi variabel X3 pengecoran adalah 0,129. hasil ini menunjukan bahwa pengecoran berkonstribusi positif terhadap peningkatan biaya yang berarti apabila variabel independen pengecoran X3 naik sebanyak 1% dengan asumsi variabel sementara independen yang lainnya bernilai konstanta (a) yaitu 0 (nol), maka persentase peningkatan biaya konstruksi semakin meningkat sebesar 0,129.
Nilai koefisien regresi variabel X4 pembongkaran bekisting adalah 0,091. hasil ini menunjukan bahwa pengecoran berkonstribusi positif terhadap peningkatan biaya artinya jika variabel independen pembongkaran bekisting X4 naik sebanyak 1% dengan asumsi variabel sementara independen yang lain bernilai konstanta (a) yaitu 0 (nol), maka persentase peningkatan biaya konstruksi semakin meningkat sebesar 0,091.
Peningkatan biaya konstruksi dihasilkan rerata yaitu 3,24. Sehingga peningkatan biaya konstruksi termasuk dalam kategori yang masih baik.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian bisa diutarakan beberapa saran penelitian, yaitu:
Sisa material (waste) dari pekerjaan struktur gedung bertingkat rendah memiliki dampak terhadap peningkatan biaya konstruksi, untuk itu sebaiknya pimpinan proyek lebih memperhatikan sisa material dari pekerjaan bekisting, pembesian, pengecoran dan pembongkaran bekisting agar tidak terlalu banyak dengan cara merencanakan pekerjaan dengan lebih cermat sehingga tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan terjadinya sisa material (waste) yang terlalu banyak dari semua pekerjaan proyek.
Berdasakan hasil penelitian terbukti bahwa variabel bekisting, pembesian, pengecoran dan pembongkaran bekisting berpengaruh terhadap peningkatan biaya konstruksi. Untuk itu disarankan bagi pimpinan proyek untuk lebih memperhatikan jenis pekerjaan bekisting, pembesian, pengecoran dan pembongkaran bekisting tidak terjadi sisa material.
Untuk peneliti lain yang akan mengerjakan penelitian yang sama, sebaiknya lebih memperluas obyek penelitian tidak hanya terbatas pada konstruksi gedung bertingkat rendah di wilayah DKI Jakarta tetapi lebih diperluas pada daerah-daerah lainnya. Pada penelitian ini hanya terbatas ditinjau dari pekerjaan struktur meliputi pekerjaan bekisting, pembesian, pengecoran dan pembongkaran bekisting, untuk itu perlu menambahkan variabel yang dapat mempengaruhi peningkatan biaya konstruksi, sehingga penelitian yang dihasilkan menjadi maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2001. “ Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek ”. Jakarta. Rineka Cipta.
Aulia, A N., Harimurti ., dan Kartika, Puspa Negara. 2016. Naskah publikasi. “Analisis Dan Evaluasi Sisa Material Konstruksi Menggunakan Metode Pareto Dan Fishbone Diagram (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Gedung Pascasarjana Universitas Islam Malang)”.Naskah Publikasi. Malang.
Asnudin, Andi. 2017. “Pengendalian Material Sisa (Waste Material) (Studi Kasus Pembangunan Gedung Kantor Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Kabupaten Sigi)”. Vol. 7, No., 2, Hal. 72 – 82.
Ardi, Winursito Afrinur ., Widi, Hartono., dan Sugiyarto. 2017. “Analisis Risiko Manajemen Material Dan Pengaruh Tindakan Koreksi Pada Proyek Gedung Bertingkat”. e-Jurnal Matriks Teknik Sipil.
Abdullah, A., Rauzana, A. 2018. Faktor Sisa Material Yang Mempengaruhi Biaya Pada. 1(4), 148–155. https://doi.org/10.24815/jarsp.vlil.12465.
Barrie, Donald S. 1995. “ Manajemen Konstruksi Profesional ”. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Bossink, B.A.G., and Brouwers, H.J. 1996 Construction waste : Q uantification and sourcce evaluation. Journal of Construction Engineering and Management. PP. 55-60.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2020. http://www.bps.go.id (Diakses pada tanggal 21 Januari 2021).
Dipohusodo, Istimawan.1996. “ Manajemen Proyek & Konstruksi Jilid 1”. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Dipohusodo, Istimawan. 1999. “ Manajemen Proyek & Konstruksi Jilid 2”. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Ekaputra, Jefta. 2001. “ Sebuah Model Penjadwalan dan Pengendalian Material dalam Pelaksanaan Proyek Konstruksi ”. http://dewey.petra.ac.id (Diakses tanggal 11 Juni 2010).
Fatta, D., Papadopoulos, A., Avramikos, E., Sgourou, E., Moustakas, K., Kaurmaussis, F., Mentzis, A. and Loizidou, M. 2003, “Generation and management of construction and demolition waste in Greece – an existing challenge”, Journal of Resource, Conservation and Recycling, Vol. 40, pp. 81-91.
Ferdiana, Maria Dwi. 2009. “Studi Mengenai Sisa Material Pada Proyek Gedung Dan Perumahan”. Jurnal (Online) http://e-journal.uajy.ac.id/3075/ (Diakses tanggal 6 Juni 2017).
Firmawan, F. 2006. “Analisis Berbagai Variabel Penyebab Terjadinya Penyimpangan Biaya Material Terhadap Indicator Material Cost Overrun Paling Berpengaruh”. Jurnal Pondasi. Vol. 12, No. 2, hal.112-126.
Hartoyo, Budi. 2011. Ekspress Rosalia Mentaya. https://www.rosaliamentayaekspress.com (Di akses 2011).
H, H Lau., and A,Whyte. 2007. “A Construction Waste Study for Residential Projects in Miri, Sarawak”, Proceeding of the Conference on Sustainable Building South East Asia, 5-7 November 2007, Malaysia.
Haryadi, Darlan., Albani, Musyafa., dan Faisol, A. M. 2018. Analisa Sistem Pengendalian Sisa Material Pekerjaan Arsitektural Pada Proyek Konstruksi. Yogyakarta.
Hayati , Wahyu Diana., Farida , Rachmawati., dan Cahyono, Bintang Nurcahyo. 2013. “ Analisa Sisa Material Konstruksi Pada Proyek Gedung Pendidikan Profesi Guru Universitas Negeri Surabaya”. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6.
Hartono, Widi., Sugiyarto., dan Sukho, Baskorodan . 2016. “ Gedung Kantor Dan Rumah Dinas Kelurahan Gilingan (Studi Kasus Gedung Kelurahan Dan Rumah Dinas Kelurahan )”. 263–270.
Idham, Noor Cholis. 2012. “ Merancang Bangunan Gedung Bertingkat Rendah ”. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Intan, S.“ 2014. Analisa dan Evaluasi Sisa Material Kontruksi pada Pembangunan Ruko di Surabaya. Tesis Pascasarjana – Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Julsena., Abdullah Abdullah., Anita, Rauzana. 2018. “Faktor Sisa Material Yang Mempengaruhi Biaya Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi Gedung Di Provinsi Aceh.
Jurnal Arsip Rekayasa Sipil dan Perencanaan. 1(4):148-155.
Kofoworola, O. F dan Gheewala, S. H. 2008. “ Estimation of construction waste generation and management in Thailand”, Journal of Waste Management Vol. 29, pp.731– 738.
Kusuma, Gideon H. Andriono., dan Takim. 1993.‟ Desain struktur rangka beton bertulang di daerah rawan gempa”. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Liman K., dan Hendrik, Sulistio. 2020. “ Waste Material Beton Pada Proyek Kontruksi Di Jakarta”. 3 (1), pp. 183 – 190.
Ling., dan Nguyen. 2013. Strategies for construction waste management in Ho Chi Minh City. Jurnal. (online). Vol. 3 No. 1. https://search.proquest.com (Diakses tanggal 22 September 2017).
Material peralatan. 2011. “ Definisi Material dan Peralatan Konstruksi”. https://materialperalatan.wordpress.com (Diakses tanggal 5 Juni 2017).
Noerah, Jones. 2017. “ Proses manajemen Material ” . https://www.academia.edu (Diakses Mei 2017).
Nursyahbani H., Kartika, Puspa Negara ., dan Achfas, Zacoeb . 2016. “Analisis Dan Evaluasi Sisa Material Konstruksi Menggunakan Fault Tree Analysis (Fta) (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Gedung Pascasarjana Universitas Islam Malang)”.Naskah Publikasi. Malang.
Putu, I. G., Suartika, A., Dharmayanti, G. A. P. C., Diah, A. A., dan Dewi, P. 2018. “ Penanganan Waste Material Pada Proyek Konstruksi Gedung Bertingkat Waste Material Handling In Building Construction Projects”. Jurnal Spektran . Vol. 6, No. 2, Hal. 176 – 185.
Pertiwi, Mas IGAI., Fajar, Surya Herlambang., dan Wayan, Sri Kristinayanti. 2019. “Analisis Waste Material Konstruksi Pada Proyek Gedung (Studi Kasus Pada Proyek Gedung Di Kabupaten Badung)”. Jurnal simetrik vol.9, no.1, pp. 185–190.
Sudiro, Rizky., dan Albani, Musyafa. 2018. “Analisis Sisa Material Pekerjaan Struktur Pada Proyek Konstruksi” Jurnal Teknisia, Volume XXIII, No 1.Yogyakarta.
Purbo. 2010. Kompilasi Foto Proyek. (Online).https://purbolaras.wordpress.com, (Diakses tanggal 7 Desember 2017).
Poon, C. S., A. T. W, Wong, S. W ., Cheung., and Esther. 2004. “ Management of Construction Waste in Public Housing Projects in Hongkong”.
Rahmadi, 2011. Metode Pelaksanaan Kolom Pada Bangunan Gedung. http://ribuan-cara.blogspot.co.id/2011/10/metode-pelaksanaan-kolom-pada-bangunan.html (Diakses tanggal 7 Desember 2017).
Rani, H. A. 2017. “The analysis on the cause of material waste on the irrigation project in Aceh Besar district”, 4(29), pp. 53–58. Jurnal (Online) https://search.proquest.com (Diakses tanggal 22 September 2017).
Soeharto, Iman.1995. “Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional”. Erlangga. Jakarta.
Sugiyono. 2014. “ Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D ”. Bandung : Alfabeta.
Saleh, Edwin. 2015. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Beton. http://metodebangunan.blogspot.co.id/2015/07/metode-pelaksanaan-pekerjaan struktur.html ( Diakses tanggal 2 September 2017).
Supranto, J. 1992. “Statistika dan sistrm informasi untuk pimpinan ”. Jakarta, Penerbit Erlangga.
Sudiro, Rizky., dan Albani, Musyafa. 2018. “Analisis Sisa Material Pekerjaan Struktur Pada Proyek Konstruksi” Jurnal Teknisia, Volume XXIII, No 1.Yogyakarta.
Thoengsal, James. 2014. Efisiensi Penggunaan Material Konstruksi Dalam Mereduksi Timbulnya Material Sisa (Waste Material). http://jamesthoengsal.blogspot.co.id/p/blog-page_20.html (Diakses tanggal 25 Juni 2017).
Thoengsal, J., Latief, R. U., dan Hamzah, S. (2019) “Identifikasi Konsep Model Manajemen Pengendalian Inefisiensi Biaya Akibat Sisa Material Konstruksi BUMN”. Bandung.
Yahya, K. dan Boussabaine, A.H. 2004. “Eco-costs of sustainable construction waste management”, Proceedings of the 4th International Postgraduate Research Conference, Salford, pp. 142-50.
Wahyudi, Nuris.2016. " Kajian Pengelolaan " Contruction Waste" Dalam Kontruksi Bangunan Gedung". Bandung.
Zulkibli.,Nawir, Rasidi., dan Andy Kristafi Arifianto.“Hubungan Antara Pengelolaan, Pengendalian Sisa Material Dengan Biaya Dan Waktu Penyelesaian Pembangunan Gedung Psik Di Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang’’. Malang.
LAMPIRAN
Lampiran kuisioner Tahap 1 dan 2 berikut contoh pengisian dari salah satu responden.
Kuesioner Tahap 1
UNIVERSITAS MERCU BUANA
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL
Jl. Meruya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Telp. 021-5840816 (Hunting), ext. 2751, Fax. 021-5840015
Hal : Kuesioner Penelitian Jakarta, 19 Maret 2021
Lampiran : 1 Set
Yth. Bapak / Ibu
Di Tempat
Salam hormat,
Sehat selalu untuk kita semua
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Melchior Awanaman Ampim Suarliak
Nim : 55719010007
HP : 082397871021 (WA)
email : Melchiorsuarliaktanimbar@gmail.com
Dalam rangka menyelesaikan penelitian tesis magister teknik sipil konsentrasi manajemen konstruksi Program Pascasarjana Universitas Mercu Buana Jakarta, penelitian saya dengan judul “Analisis Model Pengaruh Sisa Material (waste) Terhadap Persentase Peningkatan Biaya Konstruksi Gedung Bertingkat Rendah Di Jakarta”, membutuhkan data primer berupa kuesioner penelitian awal ini bertu
uan untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan biaya konstruksi akibat adanya sisa material atau banyaknya waste di pekerjaan proyek.
Seluruh informasi yang diberikan dalam kuesioner ini akan dirahasiakan dan hanya dipakai untuk keperluan penelitian saja. Pengembalian jawaban kuesioner ini dapat dikirimkan melalui email, atau menghubungi saya agar dapat diambil
langsung di tempat Bapak/Ibu.
Atas perhatian dan waktu yang Bapak/Ibu berikan, saya ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya. Sehat selalu untuk kita semua.
Hormat Saya
Melchior A A Suarliak
Lampiran : Tata cara pengisian kuesioner, kuesioner penelitian.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL
Jl. Meruya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Telp. 021-5840816 (Hunting), ext. 2751, Fax. 021-5840015
Tatacara Pengisian Kuesioner
Mohon dapat diberikan tanggapan atas pernyataan berikut ini dengan cara mengisi atau memberikan tanda checklist () pada jawaban di kotak yang telah tersedia di bawah ini.
Tabel 1 Data Responden
1 Nama Responden :
2. Nomor Tlp/Hp/email :
3 Usia 20 tahun s.d 30 tahun
31 tahun s.d 40 tahun
41 tahun s.d 50 tahun
Lebih dari 50 tahun
4 Pendidikan terakhir SMA / SMK Sederajat
Diploma III
S1
S2/S3
5 Jabatan :
6 Pengalaman kerja Kurang dari 5 tahun
5 – 10 tahun
10 - 15 tahun
15 - 20 tahun
Lebih dari 20 proyek
7 Jumlah proyek yang sudah dikerjakan Kurang dari 5 proyek
5 – 10 proyek
11 – 15 proyek
16 – 20 proyek
Lebih dari 20 proyek
Jakarta , …..Maret 2021
Nama Lengkap & Tanda tangan Stempel Perusahaan
UNIVERSITAS MERCU BUANA
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL
Jl. Meruya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Telp. 021-5840816 (Hunting), ext. 2751, Fax. 021-5840015
Tabel 2 Sisa Material (waste) Pada Pekerjaan Struktur
Setujukah Bapak / Ibu terhadap variabel berikut digunakan untuk mengukur nilai pekerjaan struktur pada proyek konstruksi yang menyebabkan munculnya waste. Dengan kriteria sebagai berikut :
No Pernyataan Setuju Tidak Setuju
Pekerjaan Bekisting (X1)
Sisa material (waste) yang terjadi dikarenakan :
X.1.1 Kesalahan yang dilakukan pekerja dalam pemotongan kayu
X.1.2 Menggunakan material triplek dengan kualitas rendah
X.1.3 Pemotongan sisa bekisting bondek tidak digunakan
X.1.4 Pengawasan pemasangan bekisting kurang intensif
Pekerjaan Pembesian (X2) Sisa material (waste) yang terjadi dikarenakan :
X.2.1 Besi yang terlanjur terpotong tidak sesuai ukuran
X.2.2 Sisa pemotongan tidak dapat di gunakan
X.2.3 Metode pemasangan yang kurang tepat
X.2.4 Material berkarat akibat terlalu lama disimpan
Pekerjaan Pengecoran Beton (X3) Sisa material (waste) yang terjadi dikarenakan :
X.3.1 Material semen,pasir dan kerikil tercecer, terbuang selama pembuatan adukan beton
X.3.2 Kelebihan adukan beton dilapangan
X.3.3 Ukuran batu split yang tidak sesuai spesifikasi
X.3.4 Tidak merencanakan menggunakan material dengan baik
Pekerjaan Pembongkaran Bekisting (X4) Sisa material (waste) yang terjadi dikarenakan :
X.4.1 Material kayu dan triplek tidak awet untuk dipakai berulang-ulang kali
X.4.2 Sisa potongan bekisting bondek tidak dapat di pakai lagi
X.4.3 Paku dan kawat bendrat yang sudah tidak bisa dipakai kembali karena proses pemakaian
X.4.4 Metode pembongkaran yang kurang tepat
UNIVERSITAS MERCU BUANA
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL
Jl. Meruya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Telp. 021-5840816 (Hunting), ext. 2751, Fax. 021-5840015
Tabel 3 Persentase Peningkatan Biaya Konstruksi
Setujukah Bapak / Ibu terhadap variabel berikut digunakan untuk mengukur peningkatan biaya proyek konstruksi terbagi dalam 5 (lima) tahapan sebagai berikut :
: Sangat Tidak Baik (Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran 2,13% s/d 2,85%)
: Tidak Baik (Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran 1,64 % s/d 2,12%)
: Baik (Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran 1,29 % s/d 1,63%)
: Sangat Baik (Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran 1,01% s/d 1,28%)
: Baik Sekali (Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran 0,34% s/d 1,00%)
No Pernyataan Setuju Tidak Setuju
Persentase Peningkatan biaya kontruksi sebesar :
1 (Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran 2,13% s/d 2,85%)
2 (Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran 1,64 % s/d 2,12%)
3 (Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran 1,29 % s/d 1,63%)
4 (Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran 1,01% s/d 1,28%)
5 (Jika persentase peningkatan biaya proyek pada kisaran 0,34% s/d 1,00%)
Kunjungi Juga Sosial Media Layanan Jasa Turnitin
1. Web = https://www.konsultasiyuk.id/
2. Facebook = Jasaturnitin
3. Fanspage Facebook = Jasaturnitin
4. Instagram = @jasa_cekplagiasi
5. Pinterest = Jasaturnitin
6. Shopee = Jasaturnitin
7. Tokopedia = Jasaturnitin
8. Linked In = Jasa Turnitin
9. Twitter = Jasa Turnitin
10. Tiktok = Jasaturnitin19
0 Komentar
Selamat berkunjung kakak, semoga dari website layanan jasa turnitin ini dapat memberikan manfaat dan memudahkan kakak untuk mempersiapkan syarat kelulusan sarjana. Mohon berikan komentar dan saran yang dapat membangun atau memotivasi semua pihak agar lebih bermanfaat. Terimakasih